Selasa, 31 Mei 2011

ANALISIS MASALAH KOMUNIKASI SOSIAL HUMANIORA
DALAM KASUS TENAGA KERJA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tenaga Kerja Indonesia (disingkat TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Timor-Leste, Papua Nugini, Australia dan Filipina) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).
TKI sering disebut sebagai pahlawan devisa karena dalam setahun bisa menghasilkan devisa 60 trilyun rupiah (2006), tetapi dalam kenyataannya, TKI menjadi ajang pungli bagi para pejabat dan agen terkait. Bahkan di Bandara Soekarno-Hatta, mereka disediakan terminal tersendiri (terminal III) yang terpisah dari terminal penumpang umum. Pemisahan ini beralasan untuk melindungi TKI tetapi juga menyuburkan pungli, termasuk pungutan liar yang resmi seperti punutan Rp.25.000,- berdasarkan Surat Menakertrans No 437.HK.33.2003, bagi TKI yang pulang melalui Terminal III wajib membayar uang jasa pelayanan Rp25.000. (saat ini pungutan ini sudah dilarang)
Pada 9 Maret 2007 kegiatan operasional di bidang Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri dialihkan menjadi tanggung jawab BNP2TKI. Sebelumnya seluruh kegiatan operasional di bidang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri dilaksanakan oleh Ditjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN) Depnakertrans.











































BAB II
ANALISIS MASALAH KOMUNIKASI SOSIAL HUMANIORA
DALAM KASUS TENAGA KERJA INDONESIA


Rendahnya penyerapan tenaga kerja di dalam negeri telah mendorong pekerja untuk mencari dan memanfaatkan kesempatan kerja di luar negeri, karena tingkat upah yang ditawarkan biasanya relatif lebih baik dibandingkan dengan upah pekerjaan sejenis didalam negeri. Di tengah kesulitan ekonomi yang ada, menjadi TKI adalah sebuah pilihan hidup. Dan tidak semua orang berkeinginan ataupun bercita-cita menjadi seorang tenaga kerja di luar negeri.
Kondisi demikian semakin diperburuk lagi dengan terjadinya banyak kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) serta naiknya bahan pokok kebutuhan hidup. Selain itu, tekanan untuk mencari kerja di luar negeri makin diperkuat dengan kenyataan bahwa surplus tenaga kerja unskilled semakin banyak.
Di tengah serangkaian kebijakan pemerintah yang tidak mampu mengubah kesejahteraan masyarakat, terdapat sektor pekerjaan lain yang cukup menjanjikan untuk mengubah nasib rakyat miskin yang lebih berkecukupan, dalam wujud sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri (migrasi).
Lemahnya perlindungan TKI di luar negeri disebabkan oleh beberapa hal antara lain, pemerintah belum membuat nota kesepahaman Goverment to Government (G to G) dengan negara-negara tujuan TKI. Dari 16 negara penerima TKI pada tahun 2006, Indonesia baru menandatangani MoU dengan beberapa negara, yakni Malaysia, Korea Selatan, Kuwait, Taiwan, Jepang dan Jordania. Sementara dengan negara lain belum ada, termasuk Arab Saudi yang menjadi negara tujuan terbesar TKI, disebabkan adanya perbedaan peraturan hukum di masing-masing negara.
Di tenggah tingginya angka pengangguran dan terbatasnya lapangan pekerjaan di Indonesia maka menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) keluar negeri adalah salah satu alternatif yang dipilih sebagian angkatan kerja. Disamping fenomena keluarga miskin yang terus bertambah akibat krisis ekonomi berkepanjangan yang terjadi di Indonesia saat ini, dan berbagai alasan-alasan tertentu yang menyebabkan para tenaga kerja Indonesia meninggalkan kampung halaman, secara alami mereka akan berusaha untuk menyerbu pusat-pusat aktifitas perekonomian sebagai solusi untuk keluar dari himpitan kemiskinan yang menimpa mereka.
Migrasi Internasional secara sosiologis terjadi karena meningkatnya populasi jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan terbukanya peluang kerja, sehingga menyebabkan banyaknya angkatan kerja produktif yang tidak mempunyai pekerjaan (unemployment). Meningkatnya jumlah angkatan kerja di satu sisi dan menyempitnya peluang kerja di sisi lain secara bersamaan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan orang melakukan migrasi. Dalam hal ini, faktor ekonomi dapat dikatakan sebagai salah satu faktor terjadinya migrasi. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di daerah asal.
Berbagai faktor penyebab responden bekerja ke keluar negeri sebagai TKI pada dasarnya ada dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong dibedakan menjadi dua yaitu faktor sosial dan faktor ekonomi. Faktor sosial antara lain motivasi beribadah haji dan keberhasilan TKI lain. Faktor ekonomi antara lain terbatasnya lowongan kerja di daerah asal dan pendapatan keluarga rendah. Faktor penarik dibedakan menjadi dua faktor sosial dan faktor ekonomi. Faktor sosial tersebut adalah meningkatkan status sosial atau gengsi. Faktor ekonomi tersebut adalah tersedianya lowongan kerja di daerah tujuan.
Dampak migrasi Internasional TKI terhadap kondisi sosial ekonomi keluarga TKI ada dua yaitu, dampak ekonomi dan dampak sosial. Dampak ekonomi dibedakan menjadi dua yaitu dampak Positif dan dampak negatif. Dampak Positifnya antara lain kondisi tempat tinggal keluarga TKI, peningkatan usaha keluarga TKI, peningkatan pendidikan keluarga TKI, dan peningkatan kesehatan serta sanitasi keluarga TKI yang lebih baik. Dampak negatif antara lain pola hidup konsumtif dan berkurangnya tenaga kerja produktif di desa.
Salah satu bentuk hak dasar manusia adalah jaminan untuk tumbuh kembang secara utuh baik fisik maupun mental. Jaminan perlindungan hak dasar tersebut sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pekerja migran didefinisikan sebagai orang-orang yang melakukan kegiatan ekonomi aktif dalam sebuah negara, dimana mereka bukanlah warga negaranya, terkecuali pencari perlindungan politik dan pengungsi. Menurut Konferensi ILO (Organisasi buruh Internasional atau International Labour Organisation) 1955, yaitu:
Protection of Migrant Worker Recommendation, migrant worker berarti para pekerja yang tergabung dalam gerakan migrasi, dari satu negara ke negara atau teritori lain.

Menurut dua konvensi penting ILO mengenai pekerja migran adalah:
The Migration for Employment Convention (Revised) (No. 97) tahun 1949 memuat sebuah seri ketetapan yang didesain untuk mengasistensi pekerja migran untuk mendapatkan pekerjaan dan juga penjagaannya dari diskriminasi nasional, ras, agama ataupun seksual. dan the Migrant Workers (Supplementary Provisions) Convention (No. 143) tahun 1975, memuat 2 bagian, bagian pertama adalah perihal pemberian kondisi kerja yang baik, dan bagian terakhir berkaitan dengan persamaan kesempatan dan perlakuan kerja.
Sebagai anggota PBB dan Organisasi Ketenagakerjaan Internasional atau International Labour Organization (ILO), Indonesia menghargai, menunjang tinggi, dan berupaya menerapkan keputusan-keputusan lembaga Internasional.
      Konvensi ILO No.138 Tahun 1973 mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja yang disetujui pada Konferensi Ketenagakerjaan Internasional kelimapuluh delapan tanggal 26 Juni 1973 di Jenewa merupakan salah satu Konvensi yang melindungi hak asasi anak. Konvensi ini mewajibkan setiap negara anggota ILO yang telah meratifikasi, menetapkan batas usia menimum untuk diperbolehkan bekerja.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Konvensi, Indonesia melampirkan pernyataan (Declaration) yang menetapkan bahwa batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerja yang diberlakukan di wilayah Republik Indonesia adalah 15 (lima belas) tahun.
Menurut UU No. 14 tahun 1969 tenaga kerja adalah Orang yang mampu melaksanakan, baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Jadi pengertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliputi tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun diluar hubungan kerja, dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran. Ciri khas dari hubungan kerja tersebut diatas ialah bekerja dibawah perintah orang lain dengan menerima upah.

Kasus penyiksaan terhadap tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia yang bekerja di luar negeri terus terjadi. Selain itu, tak sedikit pekerja migran asal Indonesia yang mencari nafkah di negara lain dilaporkan menghilang. Bahkan, ada pula yang pulang nama alias meninggal atau tewas saat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di luar negeri. Peristiwa seperti ini sudah terjadi sejak lama dan selalu berulang. Kondisi itu mengundang keprihatinan berbagai elemen bangsa. Sejumlah Ormas perempuan Islam mendesak Pemerintah RI untuk menghentikan pengiriman TKW ke luar negeri untuk sementara waktu. Bahkan, ada pula yang mendesak agar dihentikan selamanya. Ada pula kalangan yang meminta agar Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan fatwa soal pengiriman TKW ke luar negeri.
 Sesungguhnya, MUI telah menetapkan fatwa terkait pengiriman TKW ke luar negeri pada Musyawarah Nasional VI MUI yang digelar di Jakarta pada 29 Juli 2000. Dalam Fatwa Nomor 7/MUNAS VI/MUI/2000 tentang Pengiriman TKW ke Luar Negeri, para ulama yang tergabung dalam MUI menetapkan: Pertama, perempuan yang meninggalkan keluarga untuk bekerja ke luar kota atau luar negeri, pada prinsipnya boleh sepanjang disertai mahram (keluarga) atau kelompok perempuan tepercaya (niswah tsigah). Kedua, jika tidak disertai mahram atau niswah tsigah hukumnya haram. Kecuali, dalam keadaan darurat yang bisa dipertanggungjawabkan secara syar' i, serta dapat menjamin keamanan dan kehormatan TKW. Ketiga, hukum haram berlaku pula pada pihak-pihak, lembaga atau perorangan, yang mengirimkan atau terlibat dengan pengiriman TKW, seperti yang dimaksud dalam poin kedua. Keempat, para ulama yang tergabung dalam Komisi Fatwa MUI mewajibkan kepada pemerintah, lembaga, dan pihak yang terlibat dalam pengiriman TKW untuk menjamin dan melindungi keamanan dan kehormatan mereka selama bekerja di luar negeri. Fatwa itu ditetapkan atas dasar Alquran, hadis Nabi SAW, dan kaidah fikiah.
Dalam Alquran surah an-Nur (24) ayat 31, Allah SWT memerintahkan agar perempuan menjaga kehormatannya dan melarang memperlihatkan keindahannya kecuali kepada mahramnya dan orang tertentu saja. Rasulullah SAW juga bersabda,
 "Seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir tidak halal melakukan perjalanan selama tiga hari atau lebih kecuali disertai ayah, suami, anak, ibu, atau mahramnya."(HR Muslim).
 Dalam hadis lainnya, Rasulullah mengingatkan agar umatnya tak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain.



DAFTAR PUSTAKA
Saifulllah, Muhammad. 2010. Kasus Kekerasan Menimpa TKI di Saudi. http://news.okezone.com/read/2010/11/19/337/394680/337/5-336-kasus-kekerasan-menimpa-tki-di-saudi.
Maryadie . 2010. Komnas Perempuan Stop Pengiriman TKI. http://nasional.vivanews.com/news/read/191031-komnas-perempuan--stop-pengiriman-tki.
Fadli, Ahmad. 2010. Selama 2010 Kemenlu Terima Laporam 4.532 Kasus TKI. http://news.okezone.com/read/2010/12/03/337/399840/337/selama-2010-kemenlu-terima-laporan-4-532-kasus-tki.
Kota, Pos. 2010. Pengirim Sumiati ke Arab Saudi di Tangkap. http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/12/09/pengirim-sumiati-ke-arab-saudi-ditangkap.
Anshari, Mohammad. 2010. Fakta Bicara Pemerintah Tak Pernah Sukses Bela TKI. http://artis.inilah.com/read/detail/997502/fakta-bicara-pemerintah-tak-pernah-sukses-bela-tki.
Wikipedia. 2010. Tenaga Kerja Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja_Indonesia.
Agusriyant. 2009. Peningkatan Peran Pemerintah Indonesia Dalam Bidang Pengiriman Tenaga Kerja ke Korea Selatan.  http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/376/jiptummpp-gdl-s1-2010-agusriyant-18800-Pendahul-n.pdf.



MK.AGAMA - SIFAT-SIFAT INDIVIDU YANG BERIMAN,BERTAQWA, MUNAFIK DAN KAFIR / FASIK



A.CIRI-CIRI DAN SIFAT ORANG YANG BERIMAN DAN BERTAQWA

Allah SWT telah menggambarkan di dlam al-Quran tentang beberapa ciri orang yang bertaqwa. Di antaranya firmanNya;

“yaitu mereka yang beriman kepada perkara-perkara yang ghaib, yang mendirikan solat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dan mereka yang beriman dengan Kitab al-Quran yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka meyakini akan adanya (kehidupan) akhirat, Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beroleh kejayaan.”                                (al-Baqarah : ayat 2-5)

Firman Allah lagi;

“ Bukanlah dianggap kebajikan itu hanya sekadar menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan, dan orang-orang yang meminta-minta dan memerdekan hamba sahaya, mendirikan solat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janji apabila dia berjanji dan orang-orang yang sabar dalam menghadapi kesempitan, penderitaan dan di dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar keimanan mereka dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”                     
 (al-Baqarah : ayat 177)

Berdasarkan ayat-ayat di atas, dapatlah kita fahami bahawa di antara sifat-sifat orang yang bertaqwa yang ada hubungkaitnya dengan keimanan dan amal ibadah adalah seperti berikut;

  1. Beriman dengan perkara-perkara ghaib, iaitu percaya kepada perkara-perkara yang telah diberitahu oleh Allah melalui lidah rasulNya SAW, di mana perkara-perkara tersebut tidak mampu difikirkan oleh akal dan pancaindera manusia, seperti zat Allah Azza wa Jalla, Alam Akhirat, Malaikat, Syurga, Neraka, Alam kubur, Alam Mahsyar, Titian Sirat, Jin-jin, Siksaan Kubur, Arasy Allah dan lain-lain lagi.
  2. Mendirikan solat dalam ertikata yang sebenar, dengan memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya, termasuk mendirikannya dengan penuh kekhusukan.

  1. Menafkahkan sebahagian rezeki yang Allah telah anugerahkan dalam bentuk zakat wajib atau zakat sunat (sedekah) kepada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir ( yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan untuk memerdekakan hamba-hamba sahaya.

  1. Beriman kepada kitab al-Quran dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, termasuk suhuf-suhuf yang diturnkan oleh Allah kepada para nabi dan rasul, melalui perantraan Jibrail A.S.

  1. Mengimani dan meyakini adanya kehidupan di akhirat setelah berakhirnya kehidupa di duni ini. Di sanalah segala amalan kita akan dinilai dan dihisab dengan penilaian dan penghisaban yang maha adil, kemudian akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang setimpal dengan apa yang kita kerjakan didunia ini. Samada berbahagia dan bergembira dengan mendapat balasan syurga atau menderita dan tersiksa dengan mendapat balasan neraka.

  1. Menepati janji apabila berjanji, samada jaji tersebut berhubung kait dengan Allah dan sesama manusia

  1. Bersabar dalam menghadapi kesempitan, penderitaan dan di dalam peperangan

Selain dari sifat-sifat dan ciri-ciri di atas, terdapat beberapa lagi sifat-sifat dan ciri-ciri orang yang bertaqwa, di antaranya;

  1. Menahan api kemarahan daripada menguasai diri sehingga akan menyebabkan dia bertindak di luar kawalan dan batasan

  1. Memaafkan kesalahan orang lain, walaupun ketika itu dia mampu dan mempunyai kekuatan untuk mengambil tindakan dan membalas terhadap orang yang menzaliminya, namun maaf kesalahan mereka lebih diutamakan.

  1. Segera mengingati Allah tatkala melakukan perbuatan keji (dosa-dosa besar yang mudharatnya tidak hanya ke atas dirinya seperti berzina, mencuri, membunuh, riba, menuduh orang melakukan kejahatan, merompak dan lain-lain lagi)dan menzalimi diri sendiri (dosa-dosa yang mudharatnya hanya menimpa dirinya sendiri, samada dosa-dosa besar atau kecil)

  1. Memohon keampunan Allah setelah melakukan perbuatan-perbuatan dosa di atas dan berazam tidak akan meneruskan perbuatan-perbuatan tersebut.

Kenyataan di atas ini terkandung dalam firman Allah;
  
“ Dan bersegeralah kamu kepada keampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, iaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu senang ataupun susah dan orang-orang yang menahan api kemarahan dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan, dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji  atau menzalimi diri sendiri, maka mereka segera mengingati Allah, lalu memohon keampunan terhadap dosa-dosa yang telah mereka lakukan, dan siapakah lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain dari Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu sedangkan mereka mengetahui (hukum dan kesannya).”      (Ali Imran : ayat 133-135)

  1. Beriman dan membenarkan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah dan memperjuangkan kebenaran tersebut.
Kenyataan ini selaras dengan firman Allah;

“ Dan mereka yang membawa (kebenaran) yang dibawa oleh Muhammad dan membenarkankannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperolehi apa sahaja yang mereka kehendaki dari sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan kepada orang yang melakukan.”.  (az-Zumar : ayat 33-34)

  1. Berlaku adil dalam menjatuhkan hukuman di kalangan manusia, sepertimana yang telah dijelaskan oleh Allah;

“ Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakan kebenaran kerana Allah, menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah, kerana berlaku adil itu lebih dekat kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa sahaja yang kamu kerjakan.”                                                                (al-Maidah: ayat 8)


  1. Mengagongkan syiar-syiar Allah, seperti mengagongkan syiar dalam ibadah haji, korban, solat berjemaah lima waktu, solat hariraya, solat minta hujan, solat gerhana bulan dan matahari, solat jumaat, menghidupkan Ramadhan, menghadiri majlis-majlis ilmu dan zikir dan lain-lain lagi berdasarkan firman Allah SWT;

“ Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa yang mengagongkan syiar-syira Allah, maka sesungguhnya itu timbul lantaran hati yang penuh dengan ketaqwaan.”                                                                                                                     (al-Haj : ayat 32)

  1. Berjihad di jalan Allah dengan mengorbankan harta dan jiwa raga. Firman Allah;
    
“ Orang-orang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak menyertai jihad dengan harta       dan diri (jiwa raga) mereka. Dan Allah amat mengetahui orang-orang yang bertaqwa.”                          (at-Taubah : ayat 44)

  1. Tidak bersifat sombong dan tidak melakukan kerosakan di muka bumi ini selaras dengan firman Allah;

“ Negeri akhirat (yang penuh dengan nikmat itu) Kami kurniakan untuk orang-orang yang tidak mahu menyombongkan diri dan dari melakukan kerosakan di muka bumi ini dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.”
                                                                                                 (al-Qasas : ayat 83)



        Ciri asas seorang yang beriman ialah mentaati Allah SWT dan juga RasulNya. Kerana itu, orang yang beriman akan sentiasa bertaqwa kepada Allah SWT dan mengerjakan amalan soleh, dan menjauhkan segala dosa dan kemaksiatan. Dan di bawah ini akan disebutkan beberapa contoh perincian ciri yang mesti ada pada seorang yang beriman.
Antara ciri-ciri atau tanda yang menunjukkan seseorang beriman itu ialah:-

Pertama: Benar-benar berpegang dengan ajaran al-Qur’an. Semua amalan perbuatan mereka dipadankan dengan panduan al-Qur’an. Mereka hanya melakukan apa yang dibenarkan oleh al-Qur’an dan akan menjauhkan mana-mana amalan yang tidak dibenarkan oleh all-Qur’an. Dan mereka juga sentiasa bersemangat untuk mengamalkan al-Qur’an dan juga mengajak orang ramai untuk turut bersama mengamalkannya. Firman Allah SWT:



“Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepada mereka, (dan) mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya (benar-benar mengamalkannya), maka mereka itulah yang beriman dengannya. Dan sesiapa yang engkar dengannya, maka mereka itu adalah orang-orang yangrugi”. Surah al-Baqarah: 121

Kedua: Sentiasa melakukan amalan yang soleh. Kerana inilah kita dapati di dalam ayat-ayat suci al-Qur’an, perkataan “orang-orang yang beriman” disertakan dengan “dan melakukan amalan yang soleh”. Firman Allah SWT:

“Orang-orang yang beriman dan beramal soleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”. Surah ar-Ra’d: 29.

Ketiga: Sangat gerun dan takut kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:

“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merosakkan sumpah mereka (janji mereka), padahal mereka telah bersungguh-sungguh ingin menghalau Rasul, dan merekalah yang lebih dahulu mulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka? Padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. Surah at-Taubah: 13. FirmanNya lagi:
 “Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah (para rasul) mereka takut kepadaNya dan mereka tiada merasa takut kepada seorangpun selain Allah. Dan cukuplah Allah sebagai penolong”. Surah al-Ahzab: 39.

Keempat: Mencintai Allah dan Rasul melebihi perkara yang lain. Bagi seorang yang beriman, tidak ada kecintaan melebihi kepada kecintaan kepada Allah dan juga RasulNya. Firman Allah SWT:

“Dan orang-orang yang beriman sangat-sangat mencintai Allah (melebihi segala-galanya)”. Surah al-Baqarah: 165. Kecintaan mereka kepada Allah SWT bukanlah dakwaan semata-mata, namun dibuktikan dengan perilaku mereka. Firman Allah SWT:

 “Katakanlah (wahai Muhammad): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, nescaya Allah pasti akan mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu". Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Surah Ali Imran: 31.

Kelima: Sentiasa patuh dan taat kepada Allah dan RasulNya. Ini kerana keimanan yang ada pada mereka mendesak mereka mentaati Allah dan RasulNya, bahkan mereka akan merasa gembira bila dapat mengerjakan perintah Allah dan Rasul. Firman Allah SWT:

“Sesungguhnya perkataan (jawapan) orang-orang yang beriman, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasulNya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami dengar, dan kami taat". Dan mereka itulah orang-orang yang berjaya”. Surah an-Nur: 51.

Keenam: Sentiasa bersyukur dan memuji Allah SWT. Mereka sedar bahawa segala nikmat adalah daripada Allah SWT, dan perlu disyukuri. Firman Allah SWT:

 “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepada kamu”. surah al-Ma’idah: 11. FirmanNya lagi:

 “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah daripada yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika hanya kepada-Nya sahaja kamu sembah (beribadat)”. Surah al-Baqarah: 172. Nikmat yang melimpah ruah daripada Allah tidaklah menjadikan mereka lupa daratan dan tertipu, bahkan menambahkan lagi syukur mereka. Ini kerana mereka faham firman Allah yang berbunyi:
“Dan (ingatlah), tatkala tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan tambah kepadamu, dan jika kamu mengengkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih"”. Surah Ibrahim: 7.

Ketujuh: Betul-betul yakin dengan kebenaran Islam sehingga mereka sanggup berjihad mempertahankan Islam.
 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Merekalah para as-Sodiqun (orang-orang yang benar sikap dan pegangannya)”. Surah al-Hujurat: 15. Mereka akan sentiasa berjihad menegakkan kebenaran Islam, dan mereka tidak akan lemah dalam perjuangan ini, selagi nyawa dikandung badan. Firman Allah SWT:
“Dan perangilah mereka, sehiggalah tidak ada lagi fitnah (gangguan-gangguan terhadap umat Islam dan agama Islam ) dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah (Islam mengatasi agama-agama yang lain). Maka jika mereka berhenti (dari kekafiran), sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka lakukan”. Surah al-Anfal: 39.

Kelapan: Berjihad pada jalan Allah samada dengan hartanya, atau ilmu dan kepakarannya, bahkan juga dengan jiwa raganya. Mereka tetap akan memperjuangkan Islam sehingga ke titisan darah yang terakhir. Firman Allah SWT:


“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut. Kerana itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah (sangat) lemah”. Surah an-Nisa’: 76. Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Berjihadlah menentang kaum musyrikin dengan harta benda kamu, jiwa raga kamu dan lidah-lidah kamu”. Hadis riwayat Abu Daud dan Syeikh al-Albani menganggapnya sohih.

Kesembilan: Begitu yakin dengan ganjaran pahala di akhirat, sehingga segala perbuatan mereka adalah untuk akhirat, bahkan mereka sanggup mati kerananya. Firman Allah SWT:

“Hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat (mengutamakan kehidupan akhirat berbanding kehidupan dunia) berperang di jalan Allah. Sesiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur (syahid) atau memperoleh kemenangan, maka kelak Kami akan berikan kepadanya pahala yang (sangat) besar”. Surah an-Nisa’: 74. Mereka tidak berlumba mencari kemegahan dunia, tetapi apa yang mereka lebih utamakan ialah kehidupan akhirat. Firman Allah SWT:
: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerosakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik, iaitu syurga) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”. Surah al-Ahzab: 83.

Kesepuluh: Berusaha melakukan sesuatu dengan bersungguh-sungguh dan kemudiannya menyerahkan urusan (bertawakkal) kepada Allah SWT. Mereka memahami bahawa kejayaan dan kemenangan tidak akan dicapai tanpa keizinan Allah SWT. Firman Allah SWT:

“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan kamu. Dan jika Dia membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka sesudah itu, siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) daripada Allah? Kerana itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal (berserah)”. Surah Ali Imran: 160.

Tawakkal yang ada pada mereka membuatkan mereka tidak akan berdoa melainkan hanya kepada Allah. Mereka tidak akan meminta pertolongan dengan jin, nujum dan sebagainya yang bercanggah dengan aqidah mereka. Mereka juga memahami bahawa kemenangan bukanlah dengan kekuatan mereka semata-mata, tetapi dengan kehendak Allah. Ramainya bilangan mereka tidak akan bermanfaat tanpa bantuan Allah SWT. Firman Allah SWT:

“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (wahai para mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, iaitu di waktu kamu bermegah kerana ramainya bilanganmu, (dan) jumlah yang banyak itu sedikitpun tidak memberi manfaat kepadamu, dan bumi yang luas itu telah kamu rasa sempit, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan juga kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir”. Surah at-Taubah: 25-26.



B. CIRI-CIRI ORANG YANG MUNAFIK
Hadits Nabi Muhammad SAW Tentang Orang-Orang Munafik :
            “Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya”.(Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).

Ciri-Ciri / Sifat-Sifat Munafik Manusia :
1. Apabila berkata maka dia akan berkata bohong / dusta.
2. Jika membuat suatu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari janjinya.
3. Bila diberi kepercayaan / amanat maka dia akan mengkhianatinya.

Untuk disebut sebagai orang munafik sejati sepertinya harus memenuhi semua ketiga persyaratan di atas yaitu pembohong, pengkhianat dan pengingkar janji. Jika baru satu atau dua ciri saja mungkin belum menjadi munafik tapi baru calon munafik.
1. Berbohong / Dusta
Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Jadi apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita bisa menjadi orang yang munafik. Contoh bohong dalam kehidupan keseharian kita yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis  dikunjunginya.
2. Ingkar Janji
Seseorang terkadang suka membuat suatu perjanjian atau kesepakatan dengan orang lain. Apabila orang itu tidak mengikuti janji yang telah disepakati maka orang itu berarti telah ingkat janji. Contohnya seperti janjian ketemu sama pacar di warung kebab bang piih tetapi tidak datang karena lebih mementingkan bisnis. Misal lainnya yaitu seperti para siswa yang telah menyepakati janji siswa namun tidak dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.
3. Berkhianat/ Tidak Amanah
Khianat mungkin yang paling berat kelasnya dibandingkan dengan sifat tukang bohong dan tukang ingkar janji. Contohnya seorang yang di amanahkan menjaga harta tapi beliau menggunakan harta itu untuk kepentingan dirinya sendiri.
Di Bawah adalah antar 30 Sifat Munafik yang boleh wujud pada diri dan membuatkan kita jadi munafik secara tak sedar. Bacalah dan semaklah samada sifat2 itu ada pada kita. Jika ada usahalah untuk memperbaiki.


30 Sifat Munafik Yang Wujud Dalam Hati Kita:
Sifat Yang Ke-1 : Dusta
Sifat Yang Ke-2 : Khianat
Sifat Yang Ke-3 : Fujur dalam Pertikaian
Sifat Yang Ke-4 : Mungkir dan Ingkar Janji
Sifat Yang Ke-5 : Malas Beribadah
Sifat Yang Ke-6 : Riya
Sifat Yang Ke-7 : Sedikit Berdzikir
Sifat Yang Ke-8 : Mempercepat Shalat
Sifat Yang Ke-9 : Mencela Orang-Orang yang Taat dan Sholeh
Sifat Yang Ke-10 : Memperolok-olokkan Al Quran, As Sunnah, dan Rasulullah saw
Sifat Yang Ke-11 : Bersumpah Palsu
Sifat Yang Ke-12 : Tidak Mahu Berinfaq
Sifat Yang Ke-13 : Tidak Memiliki Kepedulian terhadap Nasib Kaum Muslimin
Sifat Yang Ke-14 : Suka Menyebakan Kabar Dusta
Sifat Yang Ke-15 : Mengingkari Takdir
Sifat Yang Ke-16 : Mencaci maki Kehormatan Orang-Orang Sholeh
Sifat Yang Ke-17 : Sering Meninggalkan Shalat Berjamaah
Sifat Yang Ke-18 : Membuat Kerosakan di Muka Bumi dengan Dalih Mengadakan Perbaikan
Sifat Yang Ke-19 : Tidak Ada Kesesuaian antara Zahir dengan Batin
Sifat Yang Ke-20 : Takut Terhadap Kejadian Apa pun
Sifat Yang Ke-21 : Berudzur dengan Dalih Dusta
Sifat Yang Ke-22 : Menyuruh Kemungkaran dan Mencegah Kemakrufan
Sifat Yang Ke-23 : Bakhil
Sifat Yang Ke-24 : Lupa Kepada Allah swt
Sifat Yang Ke-25 : Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya
Sifat Yang Ke-26 : Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Batin
Sifat Yang Ke-27 : Sombong dalam Berbicara
Sifat Yang Ke-28 : Tidak Memahami Islam (Ad Din)
Sifat Yang Ke-29 : Bersembunyi dari Manusia dan Menantang Allah dengan Dosa
Sifat Yang Ke-30 : Senang dengan Musibah yang Menimpa Orang-Orang Beriman dan Dengki Terhadap Kebahagiaan Mereka









C. CIRI-CIRI ORANG YANG KAFIR/FASIK
 1. Fasik
                Orang fasik adalah orang Mukmin atau orang Muslim yang secara sedar melanggar ajaran Allah (Islam) atau dengan kata lain org tersebut percaya akan adanya Allah, percaya akan kebenaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW tetapi dalam tindak perbuatannya mereka mengingkari terhadap Allah dan hukumNya, selalu berbuat kerosakan dan kemaksiatan.

Firman Allah s.w.t yang bermaksud :
“Orang Fasik adalah orang yang melanggar perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerosakan dimuka bumi. Mereka itulah orang yang rugi” (Surah Al Baqarah ayat 27)

“Allah telah berjanji kepada orang yang beriman diantara kamu serta mengerjakan amal soleh, bahawa ia (Allah) akan menjadikan mereka khalifah dimuka bumi, sebagaimana ia telah menjadikan orang yang sebelum mereka menjadi khalifah. Dan Ia menggantikan (keadaan ) mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa (selama) mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang yang fasik”
(Surah An Nur ayat 55)

“Dan jika Aku (Allah) hendak membinasakan suatu negeri, maka Aku perintahkan kepada orang yang hidup mewah dinegeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kederhakaan (fasik) dalam negeri itu, maka sepantasnya berlaku terhadap mereka (ketentuan-Ku) kemudian Aku hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”
(Surah Al Isra' ayat 16)

Balasan orang Fasik
Orang Islam yang berbuat fasik, berbuat kerosakan, kejahatan dan maksiat dimuka bumi ini, maka Allah menyediakan seksa Neraka yang pedih.

2.MUSYRIK
Musyrik adalah orang yang mempersekutukan Allah, mengaku akan adanya Tuhan selain Allah atau menyamakan sesuatu dengan Allah. Perbuatan itu disebut Musyrik. Syrik adalah perbuatan dosa yang paling besar, kerana itu kita harus menjauhi perbuatan yang menjerumuskan kepada syrik.

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :  “Ingatlah Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya:’Hai anakku! Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar’. “ (Surah Luqman ayat 13)

Dengan demikian orang Musyrik disamping menyembah Allah mengabdikan kepada Allah, juga mengabdikan dirinya kepada yang selain Allah. Sifat orang Musyrik itu ialah mereka yg mempersekutukan Allah baik dalam bentuk i’tikad (kepercayaan), ucapan mahupun dalam bentuk amal perbuatan. Mereka (orang Musyrik) menjadikan mahkluk yang diciptakan Allah ini baik yang berupa benda mahupun manusia sebagai Tuhan dan menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-ilah yang disembah selain daripada Allah s.w.t. Begitu juga mereka menjadikan Alihah, Andad, Thoghut dan Arbab sebagai tuhan selain Allah.

  1.Alihah ialah suatu kepercayaan terhadap benda dan binatang yang menurut keyakinannya dapat memberikan manfaat serta dapat menolak bahaya. Misalnya kita memakai cincin merah delima, dan kita yakin bahawa dengan memakainya dapat menghindarkan bahaya. Adapun kepercayaan memelihara burung Terkukur dapat memberikan kemajuan dalam bidang perniagaannya. Dan itulah dinamakan Alihah, yakni menyekutukan Allah dengan binatang dan benda (Kepada Makhluk).

2.. Andad, sesuatu perkara yang dicintai dan dihormati melebihi daripada cintanya kepada Allah, sehingga dapat memalingkan seseorang dari melaksanakan ketaatan terhadap Allah dan RasulNya. Misalnya saja seorang yang senang mencintai kepada benda, keluarga, rumah dan sebagainya, dimana cintanya melebihi cintai terhadap Allah dan RasulNya, sehingga mereka melalaikan dalam melaksanakan kewajiban agama, kerana terlalu cintanya terhadap benda tersebut (makhluk tersebut).
 
3.Thoghut ialah orang yang ditakuti dan ditaati seperti takut kepada Allah, bahkan melebihi rasa takut dan taatnya kepada Allah, walaupun keinginan dan perintahnya itu harus berbuat derhaka kepadaNya.
 
4.Arbab, ialah para pemuka agama (para ulama) yang suka memberikan fatwa, nasihat yang menyalahi ketentuan (perintah dan larangan) Allah dan RasulNya, kemudian ditaati oleh para pengikutnya tanpa diteliti dulu seperti mentaati terhadap Allah dan RasulNya. Para pemuka agama itu telah menjadikan dirinya dan dijadikan para pengikutnya Arbab (Tuhan selain Allah).

Bentuk musyrik ini menyesatkan terhadap perilaku manusia. Dan dengan memiliki aqidah seperti itu dapat menghilangkan Keimanan.

Peringkat Syrik
Antara tahap-tahapnya….
1..Menyembah sesuatu selain Allah
Menyembah sesuatu selain Allah adalah termasuk syrik yang paling berat dan tinggi. Mereka ini menyembah benda-benda, patung, batu, kayu, kubur bahkan manusia dan lain-lainnya. Mereka percaya bahawa benda-benda (makhluk) tersebut adalah tuhan-tuhan yang dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan. Termasuk dalam tahap syrik seperti ini adalah mengadakan pemujaan seseorang tokoh pepimpin.

2..Mempersekutukan Allah.
Ertinya mempercayai bahawa makhluk selain Allah itu mempunyai sifat-sifat seperti yang ada pada Allah.
Dalam kategori mempersekutukan Allah ini adalah faham Trinti menurut kepercayaan Kristian, begitu faham Trimurti menurut kepercayaan agama Hindu, yang mempercayai bahawa Tuhan itu ada tiga, iaitu Brahman (tuhan menciptakan alam seisinya),Wisnu(Tuhan yang memelihara Alam) dan Syiwa (Tuhan yang menghancurkan alam).

3..Mempertuhankan Manusia.
Mempertuhankan manusia atau menjadikan manusia sebagai tuhannya adalah termasuk syrik atau mempersekutukan Allah. Ia itu apabila seseorang mematuhi, meyakini dan melaksanakan undang-undang dan peraturan yang dibuat oleh ketua mereka (atau pun ketua mereka mengambil peraturan ciptaan manusia) dan mereka mematuhinya ini bermakna mereka telah mengambil manusia menjadi tuhan selain Allah.

Bahaya Syrik
Firman Allah s.w.t yang bermaksud :
“Maka apakah orang kafir (musyrik) menyangka bahawa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan Neraka Jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir(musyrik)” (Surah Al Kahfi ayat 102)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampunkan dosa syrik, dan Dia mengampuni dosa-dosa selain dari syrik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya” (Surah At Taubah ayat113)

Sabda Rasulullah:
“Sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kamu sekalian ialah syrik yang paling kecil. Ketika Nabi s.a.w. di tanya:’Apa syrik kecil itu?’,Nabi s.a.w. bersabda:”Ri’yak”


51 Keutamaan Dzikir

(1) Dengan dzikir akan mengusir setan.   (2) Dzikir mudah mendatangkan ridho Ar Rahman. (3) Dzikir dapat menghilangkan geli...