Jumat, 14 Juni 2013

Laporan Fieldtrip Budidaya Peternakan by Zakia Izzati



BAB I
PENDAHULUAN
1.      1 Latar Belakang
Sektor Pertanian sebagai salah satu sektor yang dinilai mampu mengembangkan perekonomian kerakyatan, karena dalam hal ini sektor pertanian memberdayakan para petani di pedesaan.
Peternakan sebagai sub sektor dibawahnya pun diharapkan dapat pula meningkatkan kesejahteraan para peternak yang selama ini dipandang sebelah mata karena keberadaannya yang kotor, bau, dan sebagainya. Namun, pandangan seperti itu sudah tidak lazim lagi jika diterapkan dan melihat perkembangan peternakan secara global. Usaha peternakan komoditi ungas dan ruminansia saat ini memiliki prospek usaha yang sangat menggiurkan, dimana kebutuhan konsumen akan produk daging, telur,dan lain-lain pada setiap periodenya semakin meningkat secara signifikan.
Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga relatif murah dengan akses yang mudah diperoleh karena sudah merupakan barang publik. Komoditas ini merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional, sehingga prospek yang sudah bagus ini harus dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di perdesaan melalui pemanfaatan sumberdaya secara lebih optimal.
Agribisnis sapi di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, karena permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional. Namun sangat disayangkan karena dalam beberapa dasawarsa terakhir ini impor ketiga produk tersebut cenderung terus meningkat, walaupun terjadi fluktuasi sebagai akibat adanya perubahan global maupun dinamika nasional. Daya saing industri peternakan ditentukan pada ketersediaan pakan, disamping faktor bibit, manajemen dan kesehatan hewan, serta inovasi teknologi dan faktor-faktor eksternal lainnya.

1.      2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kegiatan fieldtrip ini adalah
-          Sebagai studi banding untuk meningkatkan soft skill mahasiswa,
-          Meningkatkan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa,
-          Serta mahasiswa dapat mengetahui prospek agribisnis usaha peternakan unggas dan ruminansia serta teknis budidayanya.

1.      3 Waktu dan Tempat
Tanggal 25 Mei 2013 pukul 0.9.15 WIB s/d selesai, kegiatan fieldtrip dilakukan di Usaha Peternakan Ayam Petelur di Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar dan Usaha Peternakan di Lambaro milik Dr.Ir. M Yunus M.sc.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk-produk unggas dari luar negeri. Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan global yang mencakup kesiapan dayasaing produk perunggasan, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan, yang merupakan 60-70 persen dari biaya produksi karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor. Upaya meningkatkan dayasaing produk perunggasan harus dilakukan secara simultan dengan mewujudkan harmonisasi kebijakan yang bersifat lintas departemen. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan faktor internal seperti menerapkan efisiensi usaha, meningkatkan kualitas produk, menjamin kontinuitas suplai dan sesuai dengan permintaan pasar. (Anonim, 2011)
Ternak ayam lokal dan itik dapat menjadi alternatif yang cukup menjanjikan dengan pangsa pasar tertentu, dimana hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa usaha peternakan ayam lokal dan itik cukup menguntungkan dan dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan keluarga. (Anonim, 2011)
Agribisnis sapi di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, karena permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional. Namun sangat disayangkan karena dalam beberapa dasawarsa terakhir ini impor ketiga produk tersebut cenderung terus meningkat, walaupun terjadi fluktuasi sebagai akibat adanya perubahan global maupun dinamika nasional. (Anonim, 2011)





BAB III
PEMBAHASAN
Pada tanggal 25 Mei 2013 lalu pukul 0.9.15 WIB s/d selesai, para mahasiswa jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (SEP) yang mengambil mata kuliah Budidaya Peternakan  melakukan kegiatan fieldtrip di Usaha Peternakan Ayam Petelur di Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar dan Usaha Peternakan di Lambaro milik Dr.Ir. M Yunus M.sc. Pada Usaha Peternakan milik Pak Dr.Ir. M Yunus M.sc terdapat 6 komoditi ternak yang diusahakan, yaitu:
·         Ayam petelur unggulan,
·         Ayam Arab jenis petelur,
·         Bebek petelur,
·         Bebek pedaging (peking),
·         Sapi potong dan sapi perah.
1.      Ayam Ras Petelur
Ayam ras petelur merupakan hasil rekayasa genetis berdasarkan karakter-karakter dari ayam-ayam yang sebelumnya ada. Perbaikan-perbaikan genetik terus diupayakan agar mencapai performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Salah satu keuntungan dari telur ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang lebih tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang lain.
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya.Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak.Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar.Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik.Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur.Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat.Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini.Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”).Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.
Usaha peternakan ayam petelur yang kami kunjungi di Kuta Malaka berdiri pada tahun 2003 dan baru bergerak pada tahun 2009. Jarak usaha peternakan dengan pemukiman perduduk adalah sekitar 50 meter.
Tipe ayam yang dibudidayakan adalah Tipe Ayam Petelur  Medium, yang mempunyai strain Hi Isa Brown. Ayam petelur strain Isa brown ini termasuk dalam tipe dwiguna (produksi dapat berupa telur dan daging). Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik bersifat tenang, bentuk tubuh sedang, warna telur coklat dan warna bulu juga coklat.
Saat ini jumlah ayam petelur yang ada di peternakan  berjumlah 20000 ekor. Bibit ayam-ayam didistribusikan dari Medan. Umur bibit ayam pada saat dimasukan adalah berumur 3 bulan. Ayam mulai berproduksi pada umur 4,5-5 bulan, dan ayam petelur akan berptroduksi sampai umur 0.5-1.5 tahun, selebih produksi ayam akan menurun, dan pada umur kira-kira 2 tahun 3 bulan ayam tidak berproduksi lagi. Ayam bertelur pada pukul 9 pagi hingga pukul 6 sore. Kegiatan pengutipan telur dilakukan pada puku 12 siang dan setelah pemberian pakan untuk siang harinya. Persentase produktivitas ayam petelur adalah mencapai 80 % dari total ayam, sedangkan kegagalan bertelurnya bisa mencapai 20 %.
Pada usaha peternakan ayam petelur terdapat 5 orang tenaga kerja tetap, dimana satu kandang ditangani oleh satu orang tenaga kerja. Upah per tenaga kerja adalah Rp 1.500.000/bulan.
Pada usaha tersebut, jumlah kandang yang dimiliki sebanyak 5 kandang, luas satu kandangnya adalah 60 x 8 m2. Tipe kandang yang digunakan adalah kandang bateray atau kandang besi. Per kandang diisi sebanyak 3600 ekor ayam petelur. Setiap kandang terdapat blok-blok kecil, dimana satu blok diisi oleh 2 ekor ayam petelur.
Jenis pakan yang diberikan adalah 324-1 dari PT. Charoen Pokphand Indonesia di Medan. Pakan yang dipesan biasanya dari perusahaan Pokphand. Golkoin, dan Bolpit. Konsumsi pakan adalah 110 gram per ekor. Harga pembelian pakan satu sak isi 50 kg adalah sekitar Rp 235.000-237.000/sak. Pemberian pakan diberikan pada jam 7-9 pagi dan jam 2 siang. Sedangkan pemberian minum dilakukan dengan menggunakan sistem nipple, dan pemberian minum yang menggunakan vitamin dilakukan selang 3 hari setelah pemberian air minum biasa.
Pada usaha peternakan tersebut ada beberapa penyakit yang kerap terjadi pada ayam yang diusahakan seperti penyakit berak kapur, sedangkan hama yang sering mengganggu usaha ini adalah harimau bambu dan tikus.
Pemasaran telur ayam dari usaha peternakan dipasarkan di sekitar Aceh Besar dan kota Banda Aceh. Pemasaran dilakukan secara langsung pada pengecer dan toko-toko. Harga jual telur adalah Rp 810/butir. Ayam afkir akan dijual sebagai ayam pedaging. Hasil produksi per hari yang diperoleh adalah 16.000 butir berarti:
1.      % Produksi       =
                        =
                         = 0,8 x 100%
                         = 80%
Penerimaan      = Jumlah telur x Harga telur
                               = 16.000 butir x Rp.810
                               = Rp. 12.960.000 /hari
                                     = Rp. 12.960.000 x 30 hari
                                     = Rp. 388.800.000/Bulan
2.      Biaya yang dikeluarkan:
-     Biaya pakan            = Jumlah pakan yang dihabiskan/hari x Harga pakan/sak
                                          = 44 sak x Rp.235.000
                                          = Rp. 10.340.000/hari
-     Biaya pakan/Bln     = Rp. 10.340.000 x 30
= Rp. 310.200.000/bulan
-     Biaya tenaga kerja= Jumlah Tenaga Kerja x Gaji Tenaga Kerja/Bulan
= 5 org x Rp.1.500.000/bulan
                                          = Rp.7.500.000/ bulan
-     Biaya lain-lain         = Rp. 5.000.000
3.      Keuntungan =  Penerimaan/Bulan – Biaya ( Biaya Pakan, Biaya TK, Biaya Lain)
  = Rp 388.800.000–(Rp. 310.200.000 + Rp.7.500.000 + Rp.5.000.000)
  = Rp 388.800.000 - Rp. 322.700.000
  = Rp  66.100.000/Bulan
2.      Ayam Arab Jenis Petelur
Ayam arab merupakan jenis ayam petelur yang sering disebut dengan istilah brakel kriel-silver. Ayam ini mudah dikenali dari warna bulu pada leher yang putih mengkilap, sedangkan bulu punggung berwarna putih dengan bintik hitam. Jika melihat sepintas, kombinasi warna bulu dari ayam arab mirip dengan kalkun. Ayam arab merupakan salah satu jenis ayam petelur yang mempunyai keunggulan bertelur dan produktivitasnya yang tinggi. Ayam arab ini juga bisa dikatakan sebagai penghasil daging juga, karena bila dirawat dan diberi pakan yang punya nutrisi baik akan menghasilkan bobot antara 4 sampai 5 ons selama 2 sampai 3 bulan.
Lokasi usaha ayam arab jenis petelur terletak  di Lambaro. Pada usaha peternakan tersebut jumlah ayam Arab yang dipelihara berjumlah 2000 ekor dengan luas kandang yang digunakan pada peternakan tersebut seluas 40x6 m.
 Bibit berasal dari Medan (UD. Nematuri), bibit yang dimasukkan berumur 4 bulan. Ayam Arab berproduksi pada umur 6 bulan, dalam sehari ayam arab menghasilkan telur sekitar 1200 butir. Ayam arab akan berproduksi sampai umur 1,5 tahun. Pemanenan telur dilakukan pada sore hari. Tenaga kerja ditempat usaha tersebut sebanyak 2 orang dengan gaji Rp.1.500.000/ orang/bulan.
Pemberian pakan harus memperhatikan jumlah dan mutunya. Ayam arab bersifat kanibal sehingga pemberian pakan pada ayam arab harus teratur agar tidak saling terjadi kanibalisasi dan menyerang. Jenis pakan yang diberikan pada ayam arab adalah jenis 324-1 dari PT. Charoen Pokphand Indonesia. Kebutuhan pakan yang diperlukan untuk semua ayam arab adalah 150 kg/hari (3 sak).
Ayam arab lebih tahan terhadap serangan penyakit dibanding dengan ayam ras dan ayam buras lainya, namun bukan berarti kebal. Jenis penyakit yang sering menyerang ayam arab antara lain: Newcastel desease (ND) atau tetelo. Untuk mencegah penyakit yang sering menyerang ayam arab maka diberikan vaksin 3 bulan sekali dan pembersihan atau sanitasi kandang seminggu sekali.
Telur akan dipasarkan di seputaran Lambaro dan kota Banda, dengan harga per butir telur adalah Rp.1500, dan harga di tingkat peternakan sendiri sekitar Rp.1200. Sedangkan untuk ayam afkir akan dipasarkan di daerah yang sama yaitu dengan harga Rp.30.000/ekor.
3.      Bebek Petelur
Budidaya bebek memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Karena bebek petelur selain menghasilkan telur juga bisa menghasilkan daging. Permintaan akan pangan semakin tinggi khususnya kebutuhan akan protein hewani. Protein hewani bisa diperoleh salah satunya melalui telur. Bebek merupakan unggas air yang cenderung mengarah pada produksi telur, dengan ciri-ciri umum : tubuh ramping, berdiri hampir tegak seperti botol dan lincah.
Pada usaha peternakan tersebut terdapat 1000 ekor bebek petelur dengan umur 8 bulan. Jenis kandang pada bebek petelur ada yang postal dan panggung. Kandang postal  yaitu kandang yg tidak berpanggung dimana tanas langsung yang menjadi alasnya, sedangkan kandang panggung yaitu kandang yang berbentuk panggung jadi tidak menyentuh tanah. DOD untuk bebek petelur dalam usaha tersebut adalah 0-1 bulan.
Produksi bebek petelur sendiri lumayan tinggi yaitu sekitar 700 butir per hari. Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari. Telur yang telah dipanen akan dijual di sekitar Aceh Besar dan Banda Aceh.
Pakan yang diberikan pada bebek petelur adalah pakan 234 HI profit. Bebek petelur juga bisa terserang penyakit, penyakit yang sering menyerangnya adalah penyakit lumpuh.
4.      Bebek Pedaging (Peking)
Usaha ternak bebek pedaging adalah jenis usaha yang sangat prospektif untuk dijalankan. Proses ternak bebek pedaging sangat mudah dan sederhana. Rasa daging bebek memiliki cita rasa unik dank has. Harga  bebek pedaging memiliki harga jual cukup  mahal. Permintaan bebek pedaging  cukup tinggi  namun  harganya  relative stabil. Bebek pedaging memiliki daya tahan hidup hidup cukup tinggi dan masa pertumbuhan yang relative singkat.
Sistem kandang yang digunakan untuk bebek pedaging adalah tipe kandang postal, ternak – ternak yang dipelihara ditempatkan dalam satu ruangan besar  dengan jumlah ternak tertentu, dimana pemberian makan dan minuman ditempatkan di dalam ruangan kandang, sehingga bebek peking yang dipelihara selalu berada di dalam ruangan.. Penyakit yang sering menyerang bebek peking adalah berak kapur dan  lumpuh
Bebek pedaging yang terdapat dalam usaha peternakan milik pak Yunus sebanyak 2500 ekor. Umur bebek pedaging dipeking pada umur 1,5 bulan dengan berat badan 1 kg 8 ons. Karena laju pertumbuhan bebek peking sangat cepat, pada umur 45 hari sudah dapat dipanen berat badan rata-rata 2 kg 2 ons dengan harga Rp.50.000/ ekor. Bebek peking dipasarkan di seputaran Aceh Besar dan Banda Aceh.

5.      Sapi Potong
Sapi potong merupakan sapi penghasil daging. Pada peternakan sapi di lambaro populasi sapi 13 ekor dengan jenis sapi beragam yaitu:
a.       Sapi Banteng
Sapi banteng jantan memiliki kulit berwarna biru-hitam atau atau coklat gelap, tanduk panjang melengkung ke atas, dan punuk di bagian pundak. Memiliki bagian putih pada kaki bagian bawah dan pantat, punuk putih, serta warna putih disekitar mata dan moncongnya, walaupun terdapat sedikit dimorfisme seksual pada ciri-ciri tersebut. Sekarang berat badan sapi banteng di peternakan milik Pak Yunus adalah 480 kg.
b.      Sapi Brahman
Ciri khas sapi Brahman adalah berpunuk besar dan berkulit longgar, gelambir dibawah leher sampai perut lebar dengan banyak lipatan-lipatan. Telinga panjang menggantung dan berujung runcing. Pembelian bibit pertama berumur 6 bulan sekarang sudah berumur 3,5 tahun dengan berat 580 kg.
c.       Sapi Limoausin
Perkembangan pertumbuhan sapi Limoausin termasuk cepat, bisa sampai 1,1 kg/hari saat masa pertumbuhannya. Berat sapi Limoausin dipeternakan tersebut 650 kg.
d.      Sapi  Simmental (metal)
Sapi ini merupakan sapi tipe perah dan pedaging, sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1.150 kg sedang betina dewasanya 800 kg.
e.       Sapi Madura
Ciri-ciri sapi Madura yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas, bertanduk khas dan jantannya bergumba.
f.       Sapi PO (Peranakan Ongole)
Karakteristik sapi PO adalah warna bulu putih abu-abu dengan warna hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang besar menggelantung, saat mencapai umur dewasa yang jantan mempunyai berat badan kurang dari 600 kg dan yang betina kurang dari 450 kg.
Saat ini sapi potong dipeternakan tersebut berumur 3,5 tahun, dengan berat badan 580 kg. Semua sapi yang dipelihara berjenis kelamin jantan. Pakan yang diberikan pada sapi potong selain pakan alami ada konsentrat yang diberikan setiap hari dari jam 8 sampai jam 3 sore sebanyak 50 kg per hari. Bahan –bahan yang digunakan dalam pembuatan konsentrat adalah dedak, sagu, 1.5 bungkil kelapa, kacang kuning 0.5 kg, mulasis 2 liter. Konsentrat diberikan pada jam 9 pagi dan jam 5. Kebutuhan konsentrat per hari adalah 500 kg. Sore sebanyak 10 liter pagi dan 20 liter sore.
Kandang yang digunakan bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Perkandangan untuk sapi potong dibuat per kamar, tiap kamar diisi oleh 3 sapi potong.
Penyakit yang menyerang sapi potong adalah penyakit cacingan. Penyakit cacingan dapat  diatasi dengan pemberian obat cacing dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp.8000/ekor/hari.


6.      Sapi Perah
Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan budidaya sapi perah yang saling terkait satu sama lain diantaranya pemeliharaan (budidaya), pakan dan pembibitan. Pemeliharan dan pakan yang baik tentu akan meghasilkan produksi yang baik dengan didukung pembibitan yang baik pula.
Jumlah sapi perah semuanya pada peternakan Pak Yunus ada 17 ekor, sapi perah dewasa 10 ekor dan anak sapi 7 ekor. Bibit pertama yang dibeli berumur 3 tahun dengan harga 22 juta/ ekor. Pada masa laktasi (menyusui) pertama susu yang dihasilkan 4 liter, maksimum susu yang dihasilkan adalah 37 liter, susu dijual Rp. 20.000/ liter. Sapi perah dalam usaha tersebut diperah sebanyak dua kali sehari. Pemasaran susu dijual secara langsung ditempat usaha peternakan tersebut.
Sapi perah selain dikasih pakan alami juga diberikan konsentrat sebannyak 10 kg/ekor/hari, diberikan pada saat pagi jam 9 dan sore jam 5. Perbandingan pakan pada sapi perah ialah 60 hijauan : 40 konsetrat. Hijauan yang diberikan seperti rumput gajah. Bahan-bahan untuk dijadikan konsentrat sendiri antara lain seperti sagu, ampas sawit, ekstrak bungkil sawit, dedak, tepung jagung, ekstrak bungkil sawit dengan harga Rp 800/kg dan mulasis dengan harga Rp 6000/kg yang diperoleh dari Medan.
Biaya yang dikeluarkan oleh usaha tersebut untuk biaya pakan adalah sekitar Rp 1200-Rp1400 per kg. Alat untuk pembuatan konsentrat disebut meal, dan juga digunakan mixer sebagai pengaduk pada proses pembuatan.
Penyakit yang sering menyerang sapi perah di usaha peternakan tersebut antara lain penyakit kembung, cacingan, demam, dan radang ambing (mastitis). Radang ambing (mastitis) disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae dan Staphilocossus aureus. Radang ambing (mastitis) dapat dicegah dengan  melakukan pembersihan kandang terutama pada lantai dan dapat pula diatasi dengan suntik antibiotik seperti pennicilin, Terramycin dll. Penyakit mastitis terjadi apabila susu sapi perah tidak pernah di perah.
Sistem kandang untuk sapi perah manggunakan sistem kandang koloni. Satu kamar kandang diisi oleh seekor sapi perah.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diberikan setelah mengikuti fieldtrip budidaya peternakan di Aceh Besar adalah:
a.       Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oeh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat.
b.      Agribisnis sapi di Aceh khususnya mempunyai prospek yang sangat besar, karena permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional.
c.       Pada usaha peternakan pembudidayaan unggas dan ruminansia milik Pak Dr.Ir. M Yunus M.Sc terdapat 6 komoditi ternak yang diusahakan, yaitu: Ayam petelur unggulan, Ayam Arab jenis petelur, Bebek petelur, Bebek pedaging (peking), Sapi potong dan sapi perah.
d.      Usaha peternakan pembudidayaan unggas dan ruminansia milik Pak Dr.Ir. M Yunus M.Sc di Aceh Besar sudah berjalan dengan cukup baik dengan manajerial usaha yang baik pula.


2.      Saran
            Saran yang dapat diberikan setelah mengikuti fieldtrip budidaya peternakan di Aceh Besar adalah:
a.       Perlu adanya publikasi akan tempat usaha pembudidayaan unggas dan ruminansia ini ke masyarakat sehingga masyarakat mengetahui bahwa di Aceh sendiri memiliki fasilitas tempat usaha pembudidayaan peternakan.
b.      Hendaknya dapat meningkatkan teknologi dapat kegiatan teknis untuk skala lebih besar yang bertujuan untuk peningkatan usaha pembudidayaan peternakan pembudidayaan unggas dan ruminansia lebih optimal
c.       Usaha pembudidayaan unggas dan ruminansia di Aceh Besar juga dapat dijadikan salah satu objek wisata pendidikan, dimana para pelajar atau mahasiswa dapat mendapatkan ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Cara Memelihara Ayam Negeri. http://www.peternakan.com /Tip/Ayam/topik01,diakses pada 11 Juni 2013.

Anonim. 2008. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi. http://majuternakindonesia.blogspot.com/2008/05/agribisnis-sapi-di-indonesia-mempunyai.html, diakses pada 11 Juni 2013.

BLP. 2011. Prospek dan Arah Pengembangan Unggas. http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b5unggas, diakses pada 11 Juni 2013.
BLP. 2011. Prospek dan Arah Pengembangan Sapi. http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b5sapi, diakses pada 11 Juni 2013.

















  




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your testimonial

51 Keutamaan Dzikir

(1) Dengan dzikir akan mengusir setan.   (2) Dzikir mudah mendatangkan ridho Ar Rahman. (3) Dzikir dapat menghilangkan geli...