Minggu, 01 Mei 2011

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERTANIAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Iklim merupakan peluang statistik berbagai keadaan atmosfer anatara lain suhu, tekanan, angin, kelembaban yang terjadi di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang. Perubahan iklim bisa terjadi karena proses alam internal maupun kekuatan dan tingkah laku aktivitas manusia yang terus menerus mengubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan.
Perubahan iklim ini merupakan ancaman bagi bumi, karena dapat memengaruhi semua aspek kehidupan. Dan tentu saja akan merusak keseimbangan kehidupan bumi.Perubahan iklim adalah terjadinya perubahan kondisi atmosfer, seperti suhu, san cuaca yang menyebabkan suatu kondisi yang tidak menentu. Perubahan ini sangat berdampak luas bagi kehidupan manusia dalam berbagai sektor .
Perubahan iklim juga dapat dikatakan sebagai, keadaan dimana temperatur di bumi mengalami kenaikan dan pergeseran musim. Kenaikan temperatur ini akan menyebabkan terjadinya pemuaian massa air dan permukaan air laut.
Menurut IPCC(2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim meungki terjadi karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer atau tata guna lahan.
Perubahan iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musimhujan namun dengan curah hujan yang lebih besar. Sehingga, pola tanam juga akan mengalamipergeseran. Disamping itu kerusakan pertanaman terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi yangberdampak pada banjir dan tanah longsor serta angin.
Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasipertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman.Serangan hama dan penyakit tanaman padi di beberapa tempat mengalami fluktuasi dan cenderungmeningkat dari tahun ke tahun.
Menurunnya kesejahteraan ekonomi petani. Dua hal diatas jelas merugikan petani dan sektorpertanian karena akan semakin menyusutkan dan menurunkan hasil pertanian yang berefek padamenurunnya pendapatan petani. Sebab perekonomian petani bergantung pada keberhasilan panen, jikaterjadi kegagalan maka petani akan merugi. Pengaruh kegagalan panen, bangkrutnya petani dan hargapangan yang makin meningkat dapat meruntuhkan prospek pertumbuhan ekonomi. Kondisi dimana hargabahan pangan dan komoditi lain yang tinggi tentu saja berakibat pada peningkatan inflasi. Semakinrawannya ketahanan pangan di Indonesia merupakan akibat semakin menurunnya luas lahan pertaniandan produktivitas lahan yang tidak mungkin ditingkatkan.


BAB II
PEMBAHASAN

Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai.
Menurut IPCC (2001), perubahan iklim global ini sangat peka terhadap beberapa hal dalam sistem kehidupan manusia, yaitu (1) tata air dan sumberdaya air; (2) pertanian dan ketahanan pangan; (3) ekosistem darat dan air tawar; (4) wilayah pesisir dan lautan; (5) kesehatan manusia; (6) pemukiman, energi dan industri, dan pelayanan keuangan.
Dampak Perubahan Iklim Regional
Pola musim mulai tidak beraturan sejak 1991 yang mengganggu swasembada pangan nasional hingga kini tergantung import pangan. Pada musim kemarau cenderung kering dengan trend hujan makin turun salah satu dampak kebakaran lahan dan hutan sering terjadi. Meningkatnya muka air danau khususnya danau Toba makin susut dan mungkin danau/waduk lain di Indonesia, konsentrasi es di Puncak Jayawija Papua semakin berkurang dan munculnya kondisi cuaca ekstrim yang sering yang menimbulkan bencana banjir bandang dan tanah longsor di beberapa lokasi dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa kajian dari IPCC 4AR yang menyinggung Indonesia secara spesifik antara lain : Meningkatnya hujan di kawasan utara dan menurunnya hujan di selatan (khatulistiwa). Kebakaran hutan dan lahan yang peluangnya akan makin besar dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas El-Nino. Delta Sungai Mahakam masuk ke dalam peta kawasan pantai yang rentan. (Murdiyarso, 2007).


Dampak perubahan iklim terhadap pertanian

Diperkirakan produktivitas pertanian di daerah tropis akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 1-2o C sehingga meningkatkan risiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan, akibatnya Indonesia harus mengimpor beras. Pada tahun 1991, Indonesia mengimpor sebesar 600 ribu ton beras dan tahun 1994 jumlah beras yang diimpor lebih dari satu juta ton (KLH, 1998). Adaptasi bisa dilakukan dengan menciptakan bibit unggul atau mengubah waktu tanam. Peningkatan suhu regional juga akan memberikan dampak negatif kepada penyebaran dan reproduksi ikan.

Pengaruh perubahan iklim global khususnya terhadap sektor pertanian di Indonesia sudah terasa dan menjadi kenyataan. Perubahan ini diindikasikan antara lain oleh adanya bencana banjir, kekeringan (musim kemarau yang panjang) dan bergesernya musim hujan. Dalam beberapa tahun terakhir ini pergeseran musim hujan menyebabkan bergesernya musim tanam dan panen komoditi pangan (padi, palawija dan sayuran). Sedangkan banjir dan kekeringan menyebabkan gagal tanam, gagal panen, dan bahkan menyebabkan puso.
Perubahan iklim di suatu daerah diindikasikan pula oleh adanya variasi iklim musiman (seasonal variability). Dengan kata lain, variasi iklim musiman dapat dikatakan sebagai salah satu penyebab utama menurunnya produksti pertanian dalam arti luas terutama produktivitas tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan bahkan peternakan.
Perubahan iklim (anomali) akan membawa pengaruh pada intensitas dampak dan sangat tergantung pada tingkat penyimpangannya (ekstern atau tidak ekstern). Secara umum dampak penyimpangan iklim terhadap aspek-aspek penataan ruang, meliputi :

a) Pemanfaatan lahan budidaya, berupa penurunan atau bahkan kegagalan berproduksi
usaha pertanian, seperti :
• Kegagalan panen tanaman pangan akibat kekeringan.
• Kegagalan panen tanaman pangan akibat banjir.
• Penurunan produksi holtikultura akibat penyimpangan iklim yang mempengaruhi periode pembuahan.
• Kebakaran hutan yang memengaruhi produksi kayu dan hasil hutan.
• Kegagalan produksi kegiatan budidaya perikanan air tawar akibat kelangkaan air atau bahkan kebanjiran.

b) Penyimpangan iklim berupa curah hujan yang sangat rendah dibarengi peningkatan suhu udara, menyebabkan terjadinya kekeringan. Kekeringan potensial menjadi penyebab terjadinya :
• Penurunan ketersediaan air, yang akan mengganggu proses budidaya pertanian.
• Kebakaran hutan.
• Tidak maksimalnya operasionalisasi pembangkit tenaga listrik (PLTA).

Di Indonesia perubahan iklim yang lebih banyak dibahas adalah datangnya musim kemarau yang berkepanjangan, yang menyebabkan terjadinya kekeringan. Kekeringan menjadi ancaman kegagalan panen tanaman bahan pangan. Penyebab anomali iklim. Yang sering disebut El Nino, adalah naiknya suhu udara di Kawasan Asia Pasifik. Tahun 1997/1998 dan 1992/1993 Indonesia terkena dampak buruk dari bencana El Nino Southern Oscilliation (ENSO) berupa kekeringan yang amat hebat dan penurunan produksi beras lebih dari 30 persen yang menyebabkan import beras mencapai angka tertinggi 5,8 juta pada tahun 1998 (Bustanil Arifin, 2003).
Perubahan iklim akan memacu berbagai pengaruh yang berbeda terhadap jenis hama dan penyakit. Perubahan iklim akan mempengaruhi kecepatan perkembangan individu hama dan penyakit, jumlah generasi hama, dan tingkat inokulum patogen, atau kepekaan tanaman inang. Menurut Wiyono3 pengaruh iklim terhadap perkembangan hama dan penyakit tanaman dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu
(1) eskalasi, di mana hama-penyakit yang dulunya penting menjadi makin merusak, atau tingkat kerusakannya menjadi lebih besar;
(2) perubahan status; dan
(3) degradasi. Patogen yang ditularkan melalui vektor perlu mendapat perhatian penting, kerusakan tanaman akan menjadi berlipat ganda akibat patogen dan serangga vektornya (Ghini 2005, Garrett et al. 2006).
Peningkatan suhu udara merangsang terjadinya ledakan serangga vektor. Oleh karenanya penyebaran dan intensitas penyakit diduga akan meledak. Indonesia memiliki beberapa penyakit penting yang ditularkan oleh vektor seperti virus kerdil pada padi, CVPD pada jeruk, dan yang lainnya. Selain mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas vektor, peningkatan suhu juga mendorong aktivitas patogen tertentu. Patogen yang memiliki adaptabilitas pada suhu yang cukup luas akan mudah beradaptasi dengan peningkatan suhu udara..






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your testimonial

51 Keutamaan Dzikir

(1) Dengan dzikir akan mengusir setan.   (2) Dzikir mudah mendatangkan ridho Ar Rahman. (3) Dzikir dapat menghilangkan geli...