Sabtu, 31 Desember 2011
LAPORAN KOLEKTIF DASAR-DASAR ILMU TANAH
PENGENALAN PROFIL TANAH
l. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah yang digunakan dalam praktikum adalah bagian dari permukaan bumi yang mengandung dan menopang kehidupan atau mampu sebagai media tumbuh tanaman .
Batas atas tanah adalah udara atau air yang dangkal. Batas bawah tanah sulit ditentukan atau sampai batuan di bawahnya.
Tanah berbentuk lapisan-lapisan diatas batuan terkonsolidasi sebagai akibat interaksi dari bahan induk, iklim, makhluk hidup, topografi, dan pada periode waktu tertentu.
Walaupun batas bawah dari tanah tidak bias didefinisikan, tetapi batas bawah tersxebut dapat ditandai dengan batas aktivitas biologi seperti batas perakaran, dan kehidupan mikroba tanah. Jika aktivitas biologi lebih dari 200 cm, maka secara konvensi batas terbawah tanah adalah 200 cm ( 2 meter ).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum pengenalan profil tanah yaitu :
a. Dapat mengtetahui warna, struktur dan tekstur tanah
b. Dapat menentukan lapisan-lapisan tanah
c. Dapat mengetahui apa sebenarnya yang di maksud profil tanah secara nyata.
ll. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi ( senyawa porganik dan anorganik sederhana dan unsure-unsur esensial seperti N, P,K,Ca, Mg, S, CU, Zn, Fe, Mn, B, Cl dan lain-lain ), dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota ( organisme ) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif ( pemacu tumbuh, proteksi ) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktifitas tanah untuk mengehasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan, obat-obatan, industry perkebunan, maupun kehutanan ( Kemas A.H. 2007 ).
Profil tanah merupakan suatu irisdan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalam tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam ( natural forces ) Terhadap proses pembentukan mineral, serta pembentukan dan pelapukan bahan-bahan koloid ( Hakim,dkk. 1982 ).
Hasil pelapukan batuan-batuan yang bercampur dengan sisa batuan dari organism yang hidup diatasnya. Selain itu, terdapat pula udara dan air di dalam tanah. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ketempat lain, di samping pencampuran bahan organic didalam proses pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan tanah, ( Hardjowigeno.1985 ).
Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah yang lebih tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi untuk membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda amat besar, ( Foth. 1999 ).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalam tertentu sesuai denagb keadaan tanah dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam ( natural force ), ( Hakim. 1982 ).
Dalam rangka penelitian tanah, kadang-kadang diperlukan deskripsi ( penguatan ) profil tanah. Dari pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta di sokong oleh analisis contoh tanah di laboratorium yang di ambil dari tiap horizon, di dalam profil, maka dapat ditentukan jenis tanahnya. Tiap jenis tanah dan tipe tanah memiliki ciri yang khas di pandang dari tiap horizon di dalam profil atau dari sifat-sifat fisik dan kimianya. Profil tanah ialah penampang tegak/vertikal tanah di mulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk bawah tanah. Solum tanah adalah penampang tanah di mulai dari horizon A hingga horizon B. Terdapat horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikanbahwa beberapa proses tertentu, umumnya terdapat dalam perkembangan pembentukan profil tanah, ( Gobenhog.1994 ).
Pembentukan lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh alam yang di sebut tanah. Tiap tanah di cirikan oleh susunan horizon tertentu. Secara umum dapat di sebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon utama. Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya, ( Pairunan.1985 ).
Faktor-faktor pembentukan tanah adalah tidak tergantung ( bebas ), namun perlu di lihat situasinya. Oleh karena itu dari seluruh faktor pada bentang lahan yang efektif sehingga hanya satu faktor peubah yang tampak. Hal ini menjadikan sekuen-sekuen tanah dapat dikatakn hanya di rajai oleh faktor tunggal sehingga dapat ditemui tanah-tanah climosekuen, biosekuen, toposekuen,litosekuen, dan kronosekuen, ( Jenny.1941 ).
lll. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil dari pengamatan yang dilakukan di peroleh data dalam table sebagai berikut :
Table Pengamatan Profil Tanah
lapisan Simbol lapisan Kedalaman ( cm )
1 A 0-22
2 BT 22-32
3 BW 32-60
4 BC 60-120
B. Pembahasan
Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit bumi. Sedangkan profil tanah didefinisikan sebagai irisan vertikal tanah dari lapisan atas hingga ke bahan induk tanah. Profil dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki horizon-horizon sebagai berikut ; O-A-E-B-C-R.
Horizon O
Horizon O merupakan horizon yang terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa tanaman ( Oi ) dan bahan organik tanah hasil dekomposisi serasah ( Oa ).
Horizon A
Horizon A adalah horizon mineral berbahan organik tanah ( BOT ) tinggi sehingga berwarna agak gelap.
Horizon E
Horizon E adalah bahan horizon mineral yang telah tereloviasi ( tercuci ) sehingga kadar BOT, liat siikat, Fe dan Al rendah tetapi kadar pasir dan debu kuarsa ( seskuoksida ) dan mineral resisten lainnya tinggi serta berwarna terang.
Horizon B
Horizon B adalah horizon eluviasi yaitu horizon akumulasi bahan eluvial dari horizon di atasnya.
Horizon C
Horizon C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi.
Horizon R
Horizon R adalah bahan induk tanah.
Dan tiap horizon pun dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat morfologis lainnya. Sebelumnya kita harus mengetahui apa itu lapisan tanah. Lapisan tanah adalah formasi yang dibentuk oleh berbagai lapisan dalam, yang secara spesifik dapat dibedakan secara geologi, kimiawi, dan biologi, termasuk proses pembentukannya.
Horizon adalah lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi dan berbeda dengan lapisan yang berdekatan. Biasanya setiap horizon dilambangkan dengan huruf-huruf dan setiap horizon mempunyai cirri-ciri dan kekhasannya yang membedakan dengan horizon lain.
Berdasarkan dari hasil atau data pengamatan, terlihat bahwa setiap tanah mempunyai horizon-horizon yang berbeda. Pada lapisan 1 pada profil dalam mempunyai kedalaman 0-22 cm, dan warna cokelat kehitaman, warna gelap tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh kandungan bahan organic yang tinggi yang terdekomposisi karena didalamnya bahan organic terjadi peristiwa immobilisasi, dimana ion Ee, al dan Mn berpengaruh besar dala perombakan bahan organic sehingga ion –ion tersebut mudah difiksasi oleh ion P. penyebab lainnya adalah adanya perbedaan nyata dari sifat tetraktif ( aksi pembiasan cahaya ) kompojen padatan tanah dan udara.
Lapisan 2 atau lapisan yang dilihat berdasarkan struktur yaitu lapisan yang di beri symbol BT, dengan kedalaman 22-32 cm dan memiliki warna cokelat yang sedkit gelap. Lapisan BT atau lapisan utamanya B atau suatu horizon peralihan antara horizon B dan A1 atau antara horizon B dengan A2, yang watak horizon ini di rajai oleh watak atau sifat horizon B2 di bawahnya.
Lapisan 3 dengan symbol BW yang merupaka horizon-horizon pelikan, terbentuk atauberdekatan dengan permukaan tanah sebagai tempat pelonggokan bahan organic terhumufiksasi, yang terkait erat dengan pelikan.
Lapisan 4 yaitu dengan symbol BC atau biasa di sebut sebagai lapisan transisi. Dapat merupakan peralihan antara horizon B dan C, dimana watak penciri horizon B2 diatasnya terlihat jelas tetapi berasosiasi dengan ciri watak horizon B2. Pada lapisan ke empat ini terletak diantara 60-120 cm, dan mempunyai warna yang lebih terang daripada ketiga lapisan di atasnya.
Pada penentuan lapisan tanah atau horizon mengalami beberapa kendala, yaitu dari lahan yang lembab karena basah dengan air hujan sehingga kesulitan dalam menentukan atau melihat sruktur tanah. Namun sebelumnya pun lahan untuk pengamatan profil tanah yang seharusnya berada pada kedalaman sekitar 180-200cm atau 2m, lahan tergenang air sehingga kedalaman hanya berada pada kisaran 120cm.
Dari lahan yang lembab, ini mempersulit pengamatan pada praktikum kali ini. Walau ada beberapa kendala pengamatan profil tanah, praktikum atau pengamatan tetap berjalan. Pisau digunakan untuk menyegarkan tanah agar mempermudah praktikan mengetahui warna ataupun struktur tanah. Serta ketika menentukan warna tanah seharusnya menggunakan kertas munsell soil colour chart agar mempermudah kita menentukan warna tanah tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah yaitu, bahan induk organism, topografi, iklim, dan waktu. Adanya beberapa tingkatan atau variasi faktor-faktor pembentuk tanah maka untuk menentukan berbagai jenis tanah yang berbeda adalah amat besar ( foth, H.D. 1999 ).
1. Bahan induk
Keadaan alamin bahan induk akan mempunyain pengaruh terputus pada sifat-sifat tanah muda, mereka dapat memakai satu pengaruh yang mendalam dalam perkembangan tanah termasuk tekstur, komposisi mineral dan tingkat stratifikasi.
Pembentukan tanah dapat di mulai segera setelah penimbunan abu vulkanik tetapi harus menunggu penghancuran batu an keras secara fisik, dimana granit dibuka. Penghancuran batuan dapat membatasi lajudan kedalaman perkembangan tanah, dimana laju penghancuran melebihi laju pemindahan bahan oleh erosi.
2. Iklim
Pengaruh iklim yang penting mempengaruhi pembentukan tanah adalah presipitasi dan temperature. Iklim juga mempengaruhi pembantukan tanah secara tidak langsung yang menentukan vegetasi alami. Tidaklah terlalu mengejutkan bahwa terdapat beberapa penyebaran iklim, vegetasi dan tanah yang pararel di permukaan bumi. Setiap kenaikan 10°c akan menaikkan laju reaksi kimia dua sampai tiga kali. Meningkatnya pelapukan dan kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata temperature tanah. Rupanya hanya tanah-tanah yang sangat muda mempunyai tingkatan pengaruh iklim yang konstan selama genesa tanah.
3. Organisme
Tanaman mengabsobsi unsure hara dari tanah dan mengangkut nutrient ke tajuk tanaman, bila tajuk mati dan jatuh kepermukaan tanah perombakan bahan organic akan melepaskan unsure hara untuk kesuburan dirinya sendiri.
Profil tanah rumput mengandung lebih banyak bahan organic terdistribusi lebih uniform di dalam tanah daripada tanah hutan. Tanah dengan vegetasi hutan kira-kira separuh dari kadungan bahan organic dan terdistribusi tidak merata dengan tingkat perkembangan profil tanah lebih sempurna. Horizon-horizon pada solum lebih asam dan persentase jenuh basa yang rendah dan lebih banyak liat yang akan dipindahkan dari horizon A ke horizon B.
4. Topografi
Topografi mengubah perkembangan profil tanah dalam tiga cara, yaitu :
a. Mempengaruhi jumlah presipitasi yang di absorpsi dan di tahan dalam tanah, sehingga mempengarui kelembaban
b. Mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi
c. Mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspense atau larutan dari daerah yang satu ke daerah yang lain.
5. Waktu
Tanah sebagai hasil evolusi berubah secara tetap seperti perubahan bentuk bui. Mereka mempunyai siklus hidup dengan keadaan yang sama dimana bentuk muka bumi lambat laun menembus suatu siklus. Siklus hidup tanah teristimewa termasuk bahan induk, tanah muda, tanah matang dan tanah tua. Pada tanah-tanah muda, kandungan bahan organic meningkat dengan cepat sebab laju pertambahan melebihi laju dekomposisi.
Kematangan dicirikan oleh kandungan bahan organic yang konstan sebagai penambah di imbangi oleh yang hilanh. Unsure yang tua dicirikan oleh kandungan bahan organic yang rendah dan menurun yang menunjukkan bahwa laju pertambahan susut dari tanah menjadi lebih mudah dilapukkan.
lV. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasn yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Warna pada lapisan 1 cokelat kehitaman, lapisan 2 cokelat agak gelap, lapisan 3 cokelat, lapisan 4 cokelat yang lebih terang dari ketiga lapisan diatasnya dan memiliki struktur yang remah dan granular.
b. Lapisan tanah yang terdapat pada lahan praktikum adalah lapisan A, BT,BW, dan BC
c. Profil tanah yaitu suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang memperlihatkan lapisan-lapisan tanah.
d. Kedalam efektif untuk profil tanah dapat ditentukan dengan melihat batasan perakaran tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hanafiah, Kemas. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Buckman, O, Hanry, Brady, C, Nyle. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Barat Karya Aksara.
Foth,HD dan L.N.Turk . 1999. Fundamental of soils science. New York:fifth Ed. John. Waley & soil.
Gobahong, prof. Dr. 1994 Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hakim, N. M.Y, dkk.1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas
Lampung.
Harjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademik Persindo
Kartasapoetra, A. G, Ir. Dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah Dan Air. Jakarta: Rineka Cipta
Pairunan. A. K. dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung Pandang: BKPT INTIM
Purwowidodo. 1991. Ganesa Tanah. Jakrta: Rajawali.
Tim Penyusun. 2010. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Mengapa dalam memilih tempat untuk membuat profil tanah harus alami ?
2. Mengapa penampang pengamatan profil tanah harus dipilih pada sisi lubang penampang yang mendapat sinar matahari?
Jawab
1. Harus alami karena agar kita dapat benar-benar mengetahui secara jelas keadaan tanah yang sebenarnya, dan itupun untuk memudahkan kita dalam pengamatan. Serta jika memilih tempat yang telah diolah maka penampang profilnya akan berubah, maka batasan lapisan akan susah untuk ditentukan. Dan agar material-material pengganggu bersih atau tidak adalagi.
2. Penampang pengamatan profil tanah harus pada sisi lubang penampang yang mendapat sinar matahari karena untuk mempermudah dalam mengamati lapisan-lapisan yang ada pada profil tanah tersebut.
PENGAMBILAN CONTOH TANAH UNTUK ANALISIS FISIK, KERAPATAN ISI, KERAPATAN JENIS, DAN RUANG PORI TOTAL
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengambilan Contoh Tanah untuk Analisis Fisik
Untuk analisis sifat fisik tanah diperlukan tiga macam contoh tanah, yaitu antara lain contoh tanah utuh untuk penetapan kerapatan isi, kerapatan jenis, dan ruang pori total, pF dan permeabilitas; contoh tanah dengan agregat utuh untuk penetapan kemantapan agregat dan nilai COLE; dan contoh tanah terganggu untuk penetapan-penetapan kadar air, tekstur, konsentrasi, dan kadar air optimum. Pengangkutan contoh tanah utuh harus dilakukan dengan hati-hati. Guncangan-guncangan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindari, maka dianjurkan untuk menggunakan peti khusus yang besarnya disesuaikan dengan ukuran dan jumlah tabung.
Jumlah ulangan untuk setiap kjedalaman pengambilan minimal dua. Persiapan sebelum berangkat ke lapangan harus dilakukan dengan teliti, berapa jumlah tabung pengambil contoh yang perlu dibawa dan cadangannya serta peralatan lainnya. Penyimpanan contoh tanah perlu diperhatikan. Contoh tanah yang disimpan lama dalam ruangan yang panas akan mengalami perubahan, karena terjadinya pengerutan dan aktivitas jasad mikro. Penyimpanan contoh tanah sebaiknya dalam ruangan yang lembab (kelembaban relatif lebih kurang 90% ) dan suhu lebih kurang 180 C dengan vanasi cukup kecil.
Kerapatan Isi, Kerapatan Jenis, dan Ruang Pori Total
Kerapatan isi adalah bobot kering suatu isi tanah dalam keadaan utuh yang dinyatakan dalam 9lcm3. isi tanah terdiri dari isi bahan padatan dan isi ruangan di antaranya. Bagian isi tanah yang tidak terisi oleh bahan padat, baik bahan mineral maupun bahan organik disebut ruang pori tanah. Kerapatan jenis zarah adalah massa (bobot) suatu unit yang hanya terdiri dari bagian padatan dan dinyatakan dalam gram tiap sentimeter kubik.
Ruang pori total adalah isi seluruh pori-pori dalam suatu isi tanah utuh yang dinyatakan dalam persen, yang terdiri atas ruang diantaranya partikel pasir, debu, liat serta ruang diantara agregat agregat tanah.
Untuk mendapatkan kerapatan jenis zarah tidaklah mudah karena peubah ini merupakan fungsi dari nisbah antara komponen mineral dan bahan organik tanah. Untuk komponen mineral tanpa memperhatikan banyaknya besi dan mineral-mineral berat, kerapatan jenis zarah rata-rata adalah 2,65. Sedangkan untuk bahan organik dari tanah normal (bukan gambut) rata-rata 1,45. Jika bahan organik lebih dari 1%, kerapatan jenis zarah harus dikurangi dengan 0,02 untuk tiap persen bahan organik.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui perbedaan kerapatan isi, kerapatan jenis, dan ruang pori total.
2. Dapat menghitung kerapatan isi, kerapatan jenis, dan ruang pori total.
3. Dapat menghitung dan menetapkan kadar air.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan tanah tersusun atas empat komponen, yaitu bahan padat mineral, bahan padat organik, air, dan udara. Bahan padat mineral terdiri atas sibir batuan dan mineral primer, lapukan batuan dan mineral, serta mineral sekunder. Bahan padat organik terdiri atas sisa dan rombakan jaringan jasad, terutama akar tumbuhan, zat humik, dan jasad hidup penghuni tanah, termasuk akar tumbuhan hidup. Air mengandung berbagai zat terlarut. Maka disebut juga larutan tanah. Udara tanah berasal dari udara atmosfer, akan tetapi mengalami perubahan susunan karena saling tindaknya dengan tanah. Bahan padat merupakan komponen terbesar, maka tanah berkelakuaan sebagai bahan padat. Bahan padat membentuk kerangka tanah. Air dan udara tanah mengisi pori-pori di antara kerangka tanah. Oleh karena menempati ruangan yang sama, antara air dan udara tanah selalu terjadi persaingan dalam menempati pori. Dalam tanah basah, kebanyakan pori terisi air dan dapat menyebabkan terjadinya kahat udara. Sebaliknya, dalam tanah kering kebanyakan pori ditempati udara dan dapat menyebabkan terjadinya kahat air. Sifat fisik tanah merujuk kepada tabiat dan perilaku mekanik, termal, optik, koloidal, dan hidrologi tyanah. Tabiat dan perilaku menghadirkan sejumlah parameter yang dapat diamati dan atau diukur (Tejoyuwono Notohadiprawiro, 1999).
Bagi tetanaman fungsi pertama tanah adalah sebagai media tumbuh dan sebagai tempat akar berpenetrasi (sifat fisik) yang selama cadangan nutrisi (hara) masih tersedia di dalam benih, hanya air yang diserap oleh akar-akar muda, kemudian bersamaan dengan makin berkembangnya perakaran cadangan makanan ini menipis, untuk melengkapi kebutuhannya maka akar-akar ini menyerap nutrisi baik berupa ion-ion anorganik seperi N, P, K dan lain-lain, senyawa organik sederhana, serta zat-zat pemacu tumbuh. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi tergantung pada ruang pori-pori yang terbentuk di antara partikel-partikel tanah, sedangkan stabilitas ukuran ruang tergantung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan. Kerapatan porositas menentukan kemudahan air untuk bersikulasi dengan udara. Sifat fisik lain yang penting adalah warna dan suhu tanah. Warna mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi, intensitas pelindian dan akumulasi bahan yang terjadi. Sedangkan suhu merupakan indikator energi matahari yang dapat diserap oleh bahan-bahan penyusun tanah (Hanafiah, 2007).
Pori tanah adalah ruang-ruang yang terletak antara padatan bahan tanah. Pori tanah diklasifikasikan berdasar pada ukuran yang setara ruang antar bahan padat tanah. Pengklasifikasian pori tanah dapat dilaksanakan dengan menganggap pori tanah ini sebagai badan tunggal di dalam tubuh tanah. Antar poribesar berukuran setara akan dihubungkan oleh sekumpulan pori-pori berukuran sangat kecil. Pada susunan padat sederhana butiran pasir, dengan pori yang berbentuk dan berukuran serupa, saling berhubungan, maka bidang kerut-tegas yang terlihat dianggap sabagai batas dari suatu pori. Pori dengan O < 30 mikron berperan penting bagi jasad renik tanah dan tanaman, pori dengan O 30-100 mikron penting pada fenomena pergantian udara tanah dan cadangan untuk transpot dan pengagihan air tanah, dan pori dengan O > 100 mikron berperan besar dalam mempercepat laju penetrasi udara ke bagian tubuh tanah sebelah dalam, serta mempercepat pelaluan air. Pori tanah dapat dikelompokkan menjadi delapan kategori, yaitu packing void yang terdiri dari simple packing dan compoud packing, vugh, vesicle, channel dan chamber, plane yang terdiri dari joint, craze dan skew (Poerwowidodo, 1990).
Sifat-sifat fisika tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak penggunaan (yang diharapkan dari) tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung, drainase dan kapasitas penyimpanan air, plastisitas, kemudian kemudahan ditembus akar, aerasi, dan penyimpanan hara tanaman semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisika tanah. Oleh karena tiu, erat kaitannya bahwa jika seseorang berhadapan dengan tanah dia harus mengetahui sampai berapa jauh dan dengan cara apa sifat-sifat tersebut dapat diubah. Hal ini berlaku apakah tanah itu akan digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan tanaman atau sebagai bahan struktural dalam pembangunan.
Bobot merupakan kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan yaitu :
1. Kerapatan partikel (bobot partikel, BP) adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6 g/cm3.
2. Kerapatan massa (bobot isi, BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume. Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin besar akan makin berat (Henry D. Foth, 1994).
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data Pengamatan
Sampel tanah Bobot tabung(g) Tabung + tanah basah(g) Tanah basah(g) Tabung + tanah kering(g) Diameter (cm) Tinggi (cm)
T1U1 72.65 263.23 190.58 207.74 5.2 4.7
T1U2 70.04 248.29 178.25 195.75 5.3 4.8
T2U1 77.03 281.41 204.38 224.24 5.5 4.8
T2U2 78.04 261.92 183.88 207.37 5.5 4.8
Perhitungan
1. Bobot Basah Tanah = Berat Basah(Tabung + Tanah Basah) – Bobot Tabung
a. T1U1 = 263.23 g – 72.65 g = 190.58 g
b. T1U2 = 248.29 g – 70.04 g = 178.25 g
c. T2U1 = 281.41 g – 77.03 g = 204.38 g
d. T2U2 = 261.92 g – 78.04 g = 183.88 g
2. Bobot Air = Bobot Tanah Basah – Bobot Tanah Kering
- bobot tanah kering = tabung + tanah kering – bobot tabung
a. T1U1 = 207.74 g – 72.65 g = 135.09 g
b. T1U2 = 195.75 g – 70.04 g = 125.71 g
c. T2U1 = 224.24 g – 77.03 g = 147.21 g
d. T2U2 = 207.37 g – 78.04 g = 129.33 g
Bobot Air a. T1U1 = 190.58 g – 135.09 g = 55.49 g
b. T1U2 = 178.25 g – 125.71 g = 52.54 g
c. T2U1 = 204.38 g – 147.21 g = 57.17 g
d. T2U2 = 183.88 g – 129.33 g = 54.55 g
3. Kadar Air (P%)
Bobot air
P % = -------------------------- X 100%
Bobot tanah kering
a. T1U1 = ¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬ ¬¬¬ 55.49¬¬¬¬___ x 100% = 41.08%
135.09
b. T1U2 = _ 52.54___ x 100% = 41.79%
125.71
c. T2U1 = __ 57.17 x 100% = 38.84%
147.21
d. T2U2 = _ _54.55__ x 100 = 42.18%
129.33
4. Bobot Kering Tanah = Bobot Tanah Basah – P (Bobot Tanah Basah)
100
a. . T1U1 = 190.58 – 41.08 (190.58 ) = 190.58 – 78.29 = 112.29 g
100
b. T1U2 = 178.25 – 41.79 (178.25 ) = 178.25 – 74.49 = 103.76 g
100
c. T2U1 = 204.38 – 38.84 (204.38 ) = 204.38 – 79.38 = 125 g
100
d. T2U2 = 183.88 – 42.18 (183.88 ) = 183.88 – 77.56 = 106.32 g
100
5. Isi tanah = Isi tabung = 3.14 x (d) 2 x t
2
a. T1U1 = 3.14 x (5.2)2 x 4.7 = 3.14 x 6.76 x 4.7 = 99.76 cm3
2
b. T1U2 = 3.14 x (5.3)2 x 4.8 = 3.14 x 7.0225 x 4.8 = 105.84 cm3
2
c. T2U1 = 3.14 x (5.5)2 x 4.8 = 3.14 x 7.5625 x 4.8 = 113.98 cm3
2
d. T2U2 = 3.14 x (5.5)2 x 4.8 = 3.14 x 7.5625 x 4.8 = 113.98 cm3
2
6. Kerapatan isi = bobot kering tanah g/cm3
isi tanah
a. T1U1 = 112.29 g = 1.13 g/cm3
99.76 cm3
b. T1U2 = 103.76 g = 0.98 g/cm3
105.84 cm3
c. T2U1 = 125 g = 1.09 g/cm3
113.98 cm3
d. T2U2 = 106.32 g = 0.93 g/cm3
113.98 cm3
7. Ruang pori total = (1 – kerapatan isi ) x 100%
kerapatan jeni zarah
a. T1U1 = ( 1 – 1.13 ) x 100% = ( 1 – 0.43 ) x 100% = 57%
2.65
b. T1U2 = ( 1 – 0.98 ) x 100% = ( 1 – 0.37 ) x 100% = 63%
2.65
c. T2U1 = ( 1 – 1.09 ) x 100% = ( 1 – 0.41 ) x 100% = 59%
2.65
d. T2U2 = ( 1 – 0.93 ) x 100% = ( 1 – 0.35 ) x 100% = 65%
2.65
Tabel 2. Hasil Penerapan Kerapatan Isi, Kerapatan Jenis Zarah, dan Ruang Pori Total
Sampel tanah Tinggi tabung(cm) Kerapatan isi
(g/cm3) Kerapatan jenis zarah Ruang pori total (%)
T1U1 4.7 1.13 2.65 57
T1U2 4.8 0.98 2.65 63
T2U1 4.8 1.09 2.65 59
T2U2 4.8 0.93 2.65 65
Perbandingan antara lokasi 1 dan 2 dapat dilihat pada tabel berikut
Lokasi / daerah Kerapatan isi (g/cm3) Ruang pori total (%)
Lokasi 1 1.055 60
Lokasi 2 1.01 62
Kerapatan isi dari lokasi 1 didapatkan dari hasil rata-rata pada
T1U1 dan T2U2 yaitu ; T1U1 + T2U2 = 1.13 + 0.98 = 1.055 g/cm3
2 2
dan ruang pori total dari lokasi 1 didapatkan dari hasil rata-rata, yaitu
T1U1 + T2U2 = 57% + 63% = 60%
2 2
sedangkan pada lokasi 2 juga didapatkan dari hasil rata-rata
T2U1 dan T2U2 untuk kerapatan isi dan ruang pori total, yaitu :
Kerapatan isi = T2U1 + T2U2 = 1.09 + 0.93 = 1.01 g/cm3
2 2
ruang pori total = T2U1 + T2U2 = 59% + 65% = 62%
2 2
B. Pembahasan
Dalam pengambilan contoh tanah untuk analisis fisik tanah terdapat kegiatan-kegiatan atau cara kerja di lokasi lapangan. Pertama-tama tanah yang menjadi bahan untuk pengambilan contoh tanah dibersihkan dan diratakan permukaannya. Keadaan tanah jangan terlalu kering maupun basah. Selain itu, tabung silinder besi diletakkan tegak pada tanah tersebut lalu ditekan ke dalam. Kemudian untuk membantu pengambilan tanah yang utuh, maka digunakan tabung lain yang diletakkan di atas tabung pertama kemudian ditekan lebih dalam lagi sampai batas setengah dari tabung yang kedua. Untuk mengambil tabung yang pertama, tanah harus digali sampai kedalaman tanah lebih pada tabung pertama sehingga contoh tanah dapat utuh. Penggalian tanah menggunakan sekop atau cangkul dan setelah terangkat tabung kedua dipisahkan dan dibersihkan. Sedangkan pada tabung pertama, kelebihan sisa-sisa tanah dipotong dengan menggunakan kater. Dan dipotong sampai rata dan utuh di dalam tabung. Kemudian ditutup dengan plastik agar kelembaban tanah terjaga. Kegiatan ini diulang sebanyak dua kali sehingga dapat dibedakan antara contoh tanah yang satu dengan yang lain. Pengambilan contoh tanah ini dilakukan pada dua lokasi.
Sebelum mengambil contoh tanah dilapangan, tabung-tabung tersebut dihitung diameter dan tingginya dengan jangka sorong. Selain itu, tabung-tabung juga ditimbang bobotnya agar setelah mengambil contoh tanah, bobot tanah basah dapat dihitung. Setelah tabung terisi penuh dengan tanah, maka kembali ditimbang dan ditutup dengan plastik dari aluminium. Selanjutnya dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050C selama 24 jam. Lalu setelah 24 jam tanah tersebut dimasukkan ke dalam desikator. Hal ini bertujuan unutk menyamakan suhu contoh tanah dengan suhu ruangan. Contoh tanah yang dimasukkan ke dalam desikator ditunggu (dibiarkan) selama 1 jam. Setalah 1 jam, plastik dibuka dan ditimbang kembali dan dicatat bobot keringnya. Setelah itu tanah dibersihkan.
Dari perhitungan yang telah dibahas ini didapatkan hasil-hasil untuk kerapatan isi dan ruang pori total. Selain itu, bobot tanah basah dan juga bobot tanah kering serta bobot air dan kadar air tanah. Dalam hal ini terdapat perbedaan – perbedaan antara lokasi 1 dan lokasi 2, yakni :
a. Tekstur tanah
Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir. Pengaruh tekstur tanah terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorphtif, yang semakin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas simpan airnya.
b. Kadar bahan organik tanah (BOT)
BOT mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak dibandingkan partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak. Makin tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
c. Kedalaman dolum/lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah. Makin dalam lapisan tanah makin besar, sehingga kadar dan ketersediaan air juga makin banyak.
d. Porositas Tanah
Tanah yang memiliki porous berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah secara leluasa.
e. Banyaknya jumlah mikrobia di dalam tanah dan organisme atau jasad renik di dalam tanah yang melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kesuburan tanah.
f. Bahan mineral tanah juga dapat dijadikan faktor yang membedakan lokasi 1 dan lokasi 2.
Dari perhitungan di atas maka lokasi 1 memiliki nilai rata-rata kerapatan isi yang lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata kerapatan isi dilokasi 2 yang hanya sebesar 1,01 g/cm3, walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh. Sedangkan untuk ruang pori total rata-rata pada lokasi 1 memiliki nilai yang lebih kecil yaitu sebesar 60% dibandingkan nilai rata-rata ruang pori total pada lokasi 2 yaitu sebesar 625.
Dalam hal ini kerapatan sis berbanding terbalik dengan ruang pori total sedangkan ruang pori total berbanding lurus dengan kerapatan jenis tanah.
IV. KESIMPULAN
Dari pembahasan dan kegiatan praktikum yang telah dilakukan maka didapat beberapa kesimpulan, yaitu :
1. kerapatan isi adalah bobot kering suatu isi tanah dalam keadaan utuh yaitu bagian padatan dan bagian ruang pori tanah diperhitungkan yang dinyatakan dalam g/cm3.
2. Kerapatan jenis tanah adalah massa (bobot) dari suatu isi tanah yang terdiri dari bahan – bahan padatan dalam tanah (bahan organik dan mineral)
3. Ruang pori total adalah isi seluruh pori-pori dalam suatu isi tanah utuh yang dinyatakan dalam persen, yang terdiri atas ruang di antara partikel pasir, debu, liat, serta ruang diantara agregat-agregat tanah.
4. Kerapatan isi rata-rata lokasi 1 lebih tinggi yaitu sebesar 1,055 g/cm3 dibansingkan dengan kerapatan isi pada lokasi 2 yang sebesar 1,01g/cm3.
5. Ruang pori total rata-rata pada lokasi 1 lebih rendah yaitu sebesar 60% dibandingkan dengan ruang pori total pada lokasi 2 sebesar 62% (lebih tinggi).
6. Faktor yang membedakan antara lokasi 1 dan 2 antara lain tekstur tanah, kedalaman tanah, kadar bahan organik, porositas tanah, aktivitas organisme.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M.Isa. 1997. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University press,
Yogyakarta.
Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi Keenam. PT.Gelora Aksara
Pratama, Jakarta.
Hanafiah, Kemas Ali. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono.1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi. Depdikbud, Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah: Proses Genesa dan Morfologi. CV.Rajawali, Jakarta.
PERTANYAAN
1. Faktor-faktor apa yang harus diperhatikan agar contoh tanah untuk analisi sifat fisik dapat menggambarkan keadaan sebenarnya? Jelaskan ?
Jawab:
a. pengangkutan contoh tanah utuh yang dilakukan harus hati-hati agar tidak terjadi guncangan yang dapat merusak struktur tanah.
b. Jumlah ulangan untuk setiap kedalaman tanah agar dapat membandingkan dengan mudah pada tiap lokasi.
c. Penyimpanan contoh tanah juga harus diperhatikan agar tidak terjadi perubahan karena pengerutan dan aktivitas jasad mikro
2. Faktor – faktor apakah yang mempengaruhi nilai kerapatan jenis tanah ?
Jawab :
a. bahan organik tanah
b. bahan mineral tanah
KADAR AIR DAN BAHAN ORGANIK TANAH
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air tanah telah diklasifikasikan sebagai air higroskopis, kapiler, dan gravitasi. Air higrokopis adalah pada permukaan butir tanah dan tidak dapat bergerak secara berarti oleh kekuatan gravitasi atau kapilaritas. Air kapiler adalah yang merupakan bagian kelebihan air higroskopis yang ada didalam rongga tanah dan tertahan oleh gaya gravitasi dalam tanah sehingga membolehkan tidak terhalangnya drainase. Air gravitasi merupakan bagian kelebihan air higroskopis dan kapiler yang akan siap bergerak keluar tanah jika drainase yang baik tersedia.
Air tanah adalah air di bawah permukaan tanah dimana rongga-rongga di dalam tanah pada hakekatnya terisi oleh air. Pergerakan air tanah ke atas oleh kapilarisasi dari permukaan air tanah ke dalam daerah akar dapat merupakan suatu sumber air yang utama untuk pertumbuhan tanaman. Supaya cukup efektif tanpa membatasi dengan serius pertumbuhan tanaman-tanaman, air tanah harus dekat tetapi dibawah kedalaman dari mana sebagian besar kebutuhan air untuk tanaman-tanaman di ambil.
Kandungan bahan organik di wilayah tropika serupa dengan yang ada di wilayah iklim sedang. Oksisol yang sangat lapuk mempunyai kandungan bahan organik yang lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh warnanya yang kemerah-merahan. Faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik tanah dapat dianalisis dalam hubungan dengan tambahan bahan organik tahunan dan laju pelapukan tahunan. Tambahan karbon organik tahunan yang diterima oleh tanah di hutan tropika kira-kira 5 kali lebih besar daripada di hutan wilayah iklim sedang karena tidak adanya pembatasan suhu atau kelengasan yang jelas sepanjang tahun, laju pereputan karbon organik dihutan tropika 5 kali lebih besar daripada dihutan wilayah iklim sedang. Akibatnya, kandungan bahan organik pada kesinambungan adalah sama. Pada tanah yang tidak dipupuk pengaruh bahan organik yang menguntungkan terdiri dari memberikan sebagian besar nitrogen dan belerangnya kepada tanaman, mempertahankan daya tukar kation, menghalangi tempat penambatan fosfor, memberikan suatu memperbaiki struktur pada tanah yang teragregat secara tidak baik, dan pembentukan gabungan (kompleks) dengan unsur mikro.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kadar dan ketersediaan air dalam tanah
2. Mengetahui penentuan bahan organik tanah dan kadar bahan organik di dalam tanah
3. Mengetahui komposisi bahan organik di dalam tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan substansi yang paling umum diatas bumi dan diperlukan untuk semua kehidupan. Tanah terletak di daerah atmosfer. Ligosfer memainkan peranan penting dalam menentukan jumlah presiitasi yang mengaliri lahan dan jumlah yang meresap ke dalam tanah untuk disimpan serta digunakan dimasa mendatang kadar air tanah ialah perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut. Kadar air tanah dapat digunakan untuk menghitung parameter sifat-sifat tanah (Henry D. Foth, 1994)
Proses masuknya air dari permukaan tanah kedalam tanah disebut infiltrasi. Sedangkan gerakan air di dalam tanah karena ada gaya gravitasi disebut perkolasi. Tanah pada kedalaman tertentu selalu dijenuhi air yang disebut dengan air tanah. Melalui profil, kedalamann air tanah yang diduga berdasarkan tinggi muka air tanah yang selalu mengalami periode naik turun sesuai dengan keadaan musim atau faktor lingkungan luar lainnya.
Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan istilah yang sangat popular dan terbentuk dari bermacam-macam senyawa organik. Sedangkan bahan organik merupakan istilah yang lebih netral. Humus merupakan bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur dengan mineral tanah. Sumber bahan organik tanah adalah hasil fotosintesis, yaitu bagian atas tanaman seperti daun, duri, serta tanaman lainnnya. Senyawa organic menyusun kurang dari 50% berat segar tanaman dan sangat dipengaruhi oleh kandungan air dan debu (Rachman Sutanto, 2005).
Kapasitas lapang adalah kandungan lengas maksimum yang terseia untuk pertumbuhan tanaman. Pengukuran dapat dilaksanakan dengan membasahi tanah sampai lewat jenuh kemudian dibiarkan air mengatur bebas karena gravitasi selama 48 jam. Pada kondisi ini tanah mengandung lengas maksimum yang tersedia untuk tanaman. Pori makro terisi udara, sedangkan pori mikro sebagian terisi air yang tersedia. Pada umumnya harkat kandungan lengas kapasitas lapang meningkat berdasarkan urutan-urutan : pasir < debuan < geluhan < lempung < gambut. Air tersedia merupakan selisih antara kapasitas lapang dan titik layu yang besarnya dipengaruhi tekstur, tetapi berbeda dengan kapasitas lapang. Sedangkan titik layu permanen merupakan pada titik terbawah daerah kelembaban yang tersedia. Suatu tanaman akan layu bila tidak bisa memperoleh air yang dibutuhkan. Kelayakan sementara akan terjadi pada banyak tanaman pada suatu hari yang panas dan angin bertiup, tetapi tanaman pulih kembali. Pada saat hari yang lebih sejuk kelayuan permanen begitu pula kelayuan sementara tergantung pada besarnya pemakaian air oleh tanaman (Sombroek, 1969).
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau elapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjito, dkk. 1992).
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah ( disebut air tanah ). Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda. Tumbuhan air umumnya memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lain. Air diperlukan oleh tmbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat, serta untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesisnya ke seluruh jaringan tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Air tanah dan unsur hara ini membentuk larutan tanah. Air tanah berfungsi membawa unsur hara ke permukaan akar tumbuhan. Di dalam jariingan atau tubuh tumbuhan ini juga berperan mengangkut unsur hara yang diserap akar ke seluruh tanaman (Indranada, 1994).
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Jenis
Tanah Nomor
Contoh Bobot (gram) Kadar air (%) Kadar air
Rata-rata (%)
1* 2* 3*
1. Inseptisol 1
2 15,203
15,805 25,199
25,784 23,994
24,582 13,707
13,694 13,70
2. Ultisol
1
2 15,388
15,433 25,380
25,429 24,514
24,456 9,489
10,783 10,136
Keterangan : 1* Botol timbang + tutup
2* Botol timbang tanah basah + tutup
3* Botol timbang tanah kering + tutup
B. Pembahasan
Dari kegiatan praktikum yang dilakukan, praktikan mendapatkan sata bobot masing-masing contoh tanah dan menghitung persentase kadar air yang terkandung di dalam contoh tanah tersebut. Contoh tanah yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah inseptisol dan tanah ultisol. Tanah inseptisol adalah tanah-tanah yang dapat memiliki epidon okhrik dan horizon albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang mempunyai beberapa sifat penciri lain. Inseptisol adalah tanah yang belum matang yang perkembangan profil yang lebih lemah dbandingkan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Inseptisol memiliki kesuburan tanah yang lebih tinggi daripada tanah ultisol. Inseptisol memiliki karakteristik dari kombinasi sifat-sifat tersediannya air untuk tanaman, satu atau lebih horizon pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf. Tekstur tanah inseptisol lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation fraksi lempung di dalam tanah tidak dapat diukur. Kisaran kadar C organic dan KPK dalam tanah inseptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Tanah inseptisol sangat baik bagi tanaman.
Sedangkan tanah ultisol adalah tanah yang masuk ordo Ultisol yang merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horizon bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya serap air. Kesuburan tanah ultisol umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organic yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat, fraksi tanah masam serta kejenuhan alumunium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah ultisol yang menghambat pertumbuhan tanaman. Ultisol merupakan tanah yang telah mengalami proses pencucian sangat intensif. Hal ini menyebabkan ultisol memiliki kejenuhan basa-basa rendah (kurang dari 355 pada standar pH 8,2) dan kadar mineral lapuknya sangat rendah.
Setelah dilakukan kegiatan praktikum di laboratorium dan praktikan telah menghitung kandungan kadar air tanah, maka didapatkan kadar air tanah pada tanah Inseptisol (In1) adalah 13,707 % dan Incetisol (In2) adalah 13,649 %. Sedangkan kadar air tanah pada tanah Ultisol (Ul1) adalah 9,489 % dan pada (Ul2) adalah 10,783 %. Setelah diperoleh masing-masing kadar aiar tanah pada dua jenis tanah yang berbeda maka dicari rata-rata pada kedua tanah. Pada tanah Inseptisol didapatkan rata-rata kadar air tanah yaitu sevesar 13,7 %, dan pada tanah Ultisol didapatkan kadar air tanah rata-ratanya sebesar 10,136 %.
Adanya perbedaan jumlah persentase pada kedua jenis tangh disebabkan adanya perbedaan kadar air yang terkandung dalam masing-masing jenis tanah (tanah inse[ptisol dan tanah ultisol). Dimana didapatkan rata-rata kadar air pada tanah inseptisol lebih besar dibandingkan kadar air tanah ultisol. Penyebab dari perbedaan jumlah kadar air ini adalah kandungan bahan organic yang terkandung di dalam masing-masing tanah berbeda. Kandungan bahan organic yang tinggi terdapat pada jenis tanah inseptisol. Oleh karena itu, tanah inseptisol lebih subur.
Apabila semakin tinggi kandungan bahan organic di dalam tanah maka juga akan mencerminkan semakin tinggi kadar air dan ketersediaan air di dalam tanah. Hal ini dikarenakan bahan orgaik tanah memiliki pori-pori mikro yang lebnih banyak dibandingkan partikel mineral tanah. Hal ini menunjukkan bahwa luas permukaan penyerap air juga lebih banyak. Namun, bahan organic bukanlah factor tunggal yang menyebabkan tanah inseptisol lebih subur, tekstur tanah yang berupa liat pada tanah inseptisol yang berada di atas tanah sehingga tanah ini mampu menyimpan air lebih banyak daripada tanah ultisol yang bertekstur liat yang berada pada lapisan bawah tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam tanah adalah :
a. Kadar Bahan Organik Tanah
Bahan organic tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih banyak daripada partikel mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih banyak sehingga makin tinggi kadar bahan organic tanah makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
b. Kedalaman Solum atau Lapisan Tanah
Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan volume simpan air tanah, semakin dalam maka ketersediaan dan kadar air tanah juga semakin banyak.
c. Iklim dan Tumbuhan
Faktor iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorbsi dengan efisiensi tumbuah dalam tanah. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi pengguanaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah fakto pertumbuhan yang berarti.
d. Senyawa Kimiawi
Garam-garam dan senyawa pupuk atau ameliorant baik alamaiah maupun non alamiah mempunyai gaya osmotic yang dapat menarik dan menghidrolisis air sehingga koefisien laju meningkat.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, dengan adanya perbedaan jenis tekstur tanah dapat menggambarkan tingkat kemampuan tanah untuk mengikat air, contohnya tanah yang bertekstur liat lebih mampu mengikat air dalam jumlah banyak dibandingkan tanah yang bertekstur pasir, sedangkan tanah bertekstur pasir lebih mampu mengikat air daripada tanah bertekstur debu. Faktor lain yang mempengaruhi kadar air tanah adalah struktur tanah, pori tanah, dan peremeabilitas tanah. Tanah yang mempunyai ruang pori lebih banyak akan mampu menyimpan air dalam jumlah lebih banyak. Karena ruang-ruang pori tanah akan terisi oleh air.
Dari kedua jenis tanah dalam percobaan, yaitu tanah inseptisol dan tanah ultisol. Tanah yang paling baik untuk tanaman adalah jenis tanah inseptisol. Hal ini dikarenakan tanah jenis inseptisol cukup subur karena jumlah bahan organic tanah dan kadar air tanah lebih tinggi dibandingkan pada jenis tanah ultisol.
Bahan organic tanah adalah hasil dekomposisi dari organisme yang hidup yang tersusun dari campuran polisakarida, lignin, dan protein dan bahan orgaik yang berasal dari batuan dan mineral.
Bentuk-bentuk dari bahan organic tanah adalah berbentuk humus, yang meliputi akar tanaman hidup, komponen-komponen humus, sisa-sisa tanaman dan hewan serta mikroorganisme yang telah terdekomposisi sebagian.
Komposisi bahan organic terdiri dari :
1. 10-20 % karbohidrat
2. 20 % Nitrogen
3. 10-20 % asam lemak alifatik dan alkana
4. < 50 % karbon aromatic
Terdapat tahapan-tahapan pembentukan bahan organic dan juga perbedaan dari setiap tahapan pembentukan bahan organik, yaitu :
a. Bahan organic segar
Pada tahapan ini, bahan organic segar dengan ciri-ciri masih dalam bentuk tumbuhan atau tanaman yang masih hijau dan terlihat masih segar (tidak kering)
b. Bahan organic mulai terdekomposisi
Pada tahapan ini bahan orgaik mulai terdekomposisi dicirikan dengan daun-daun yang mulai terlihat layu dan gugur ke tanah. Bahan organik tersebut berwarna cokelat, sudah mulai mengering serta permukaan daun mulai terlihat bolong-bolong. Namun bahan organic tersebut masih tampak terlihat utuh.
c. Bahan organic telah terdekomposisi sebagian
Pada tahapan ini bahan orgaik tersebut dicirikan dengan sudah berubah bentuk dari bentuk asalnya (tidak utuh) dan sudah dalam bentuk serasah berwarna kecokelatan. Bagian-bagiannya sudah tidak dapat dikenali.
d. Bahan orgaik telah terdekomposisi secara sempurna (humus)
Pada tahapan ini, dengan bantuan dari mikroorganisme maka bahan organic berubah atau terdekomposisi menjadi humus. Bahan organic tersebut sudah terasa halus, tidak ada bagian-bagian yang utuh lagi, dan berwarna hitam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organic tanah adalah :
1. Mikroorganisme
Mikroorganisme berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan pelapukan bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm. Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang.
2. Tekstur tanah
Tekstur tanah cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan organic tanah. Pada tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan orgaik cepat habis.
3. Kedalaman tanah
Kedalaman lapisan akan menentukan kadar bahan organic. Kadar bahan organic terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm. Semakn ke bawah kadar bahan organic semakin berkurang.
4. Iklim
Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin rendah suhu maka akan semakin tinggi kandungan bahan organic dan semakin tinggi kelembaban tanah maka akan semakin tinggi pula kandungan bahan organik tanah.
5. Drainase
Pada tanah drainase yang buruk dimana air berlebih oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kandungan bahan organic tinggi dibandingkan pada tanah yang berdrainase baik.
Selain dari factor-faktor diatas, factor lainnya yang mempengaruhi bahan orgaik tanah adalah vegetasi, topografi, bahan induk, dan pertanaman (cropping). Sebaran vegetasi berkaitan dengan pola tertentu pada bagian temperature dan curah hujan. Maka vegetasi juga jarang sehingga akumulasi bahan organik juga rendah. Pada wilayah yang temperature dingin, maka kegunaan mikroorganisme juga rendah, sehingga proses dekomposisi berjalan lambat.
Bahan organic lebih banyak di daerah topsoil dibandingkan di daerah subsoil, hal ini dikarenakan :
Di daerah topsoil, kandungan bahan organik di bagian topsoil lebih tinggi dibandingkan di daerah subsoil. Hal ini disebabkan adanya aktivitas mikroorganisme dalam kegiatan proses pelapukan dan dekomposisi bahan orgaik dimana mikroorganisme aktif mendekomposisi pada daerah topsoil. Apabila semakin ke dalam bawah tanah, maka aktivitas mikroorganisme akan semakin berkurang sehingga pada daerah subsoil akan memiliki kandungan bahan organic yang lebih rendah dibandingkan di daerah topsoil.
Proses dekomposisi bahan organic:
a. Fase pembakaran bahan organic segar. Proses ini akan merubah ukuran bahan organic menjadi lebih kecil.
b. Fase perombakan lanjutan yang melibatkan kegunaan enzim mikroorganisme tanah. Fase ini dibagi lagi menjadi beberapa tahapa, yaitu:
• Tahapan awal : Dicirikan oleh kehilangan secara cepat bahan-bahan yang mudah terdekomposisi sebagai akibat pemanfaatan bahan organic sebagai sumber karbon dan energi oleh mikroorganisme tanah terutama bakteri. Dihasilkan sejumlah senyawa sampingan seperti NH3, H2S, CO2, A3, Organik dan lain-lain.
• Tahapan tengah : Terbentuk senyawa organic tengahan antara produk intermediet dan biomassa baru sel organisme.
• Tahapan akhir : Dicirikan oleh terjadinya dekomposisis secara berangsur bagian jaringan tanaman atau hewan yang lebih resisten. Peran fungi dan Actinomycetes pada tahapan ini sangat dominan.
c. Fase perombakan dan sintesis ulang senyawa-senyawa organic (humifikasi) yang akan membentuk humus.
Cara meningkatkan dan mempertahankan bahan organic di dalam tanah adalah dengan cara proses dekomposisi yang rendah. Dengan proses dekomposisi yang rendah maka dapat mempertahankan bahan organic tanah, proses ini lebih banyak terjadi di daerah tundra. Karena pertumbuhan tanaman yang rendah maka akan menjadikan kegiatan biologi yang rendah, sehingga akumulasi humus menjadi cukup tinggi. Akumulasi bahan organic terjadi dalam bentuk gambut karena terhambatnya proses dekomposisi.
Bahan organic dapat ditingkatkan dengan cara :
a. Pemupukan dengan kompos atau pupuk hijau
b. Rotasi pertanaman. Konservasi residu pertanaman dan praktik-praktik pertanian yang berwawasann konservasi.
Bahan organic juga berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Berupa pengaruh secara fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pengaruh fisiknya antara lain :
a. Mempengaruhi warna tanah menjadi lebih kelam (cokelat hingga hitam) yang akan menyebabkan naiknya suhu.
b. Menetralisir daya rusak butir-butir hujan.
c. Meningkatkan daya tanah dalam menahan air sehingga drainase tidak berlebihan.
d. Meningkatkan agregasi dan urobilitas agregat, aerasi menjadi lebih baik, drainase lebih baik, dan lebih tahan terhadap erosi dan pencucian.
e. Stimulan terhadap granulasi tanah.
f. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah.
g. Menurunkan plastisitas dan kondisi tanah lempung dan tanah lebih mudah diolah.
h. Menaikkan kemampuan mengikat atau menyimpan air.
Pengaruh pada sifat kimia tanah antara lain :
a. Menghasilkan humus tanah yang berperan secara koloidal dari sebyawa sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi.
b. Merupakan cadangan unsure hara utama N, P, S dalam bentuk organic dan unsure hara mikro dalam bentuk kelat dan akan dilepaskan secara perlahan-lahan.
c. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali lebih besar.
d. Meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan serta melalui peningkatan pelarutan P oleh asam-asam organic hasil dekomposisi bahan organic.
e. Meningakatkan aktivitas, jumlah dan populasi unsure mikri dan makro organisme tanah.
f. Menurunkan muatan positif tanah melalui proses pengkelatan terhadap mineral oksidan dan kation Al dan Fe yang reaktif sehingga menurunkan fiksasi P tanah.
Pengaruh Sifat Biologi tanah :
a. Meningkatkan populasi organisme tanah
b. Meningkatkan keragaman organisme yang dapat hidup dalam tanah.
IV. KESIMPULAN
Adapun setelah dilakukan kegiatan praktikum dan pembahasanya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kadar air tanah merupakan perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut.
2. Kadar air tanah dapat digunakan untuk menghitung parameter sifat-sifat tanah.
3. Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir.
4. Bahan organik tanah mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan baik yang hidup maupun yang telah mati pada tahapan dekomposisi.
5. Tanah inseptisol lebih baik untuk tanaman dibandingkan tanah ultisol. Hal ini dikarenakan tanah jenis inseptisol memiliki kandungan unsur hara yang tinggi.
6. Kandungan bahan organik lebih banyak di daerah top-soil dibandingkan di daerah sub-soil.
DAFTAR PUSTAKA
Henry, D. Foth . 1994 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam . Jakarta : Erlangga .
Indranada, Henry . 1994 . Pengelolaan Kesuburan Tanah . Semarang : Bumi Aksara .
Sambroek . 1967 . Amazon Soils . Centre for Agricultural Publivatins and Documentation . Waghaningan : Netherlands .
Soetjipto . 1992 . Dasar-Dasar Irigasi . Jakarta : Erlangga .
Sutanto, Rachman . 2005 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan . Yogyakarta : Kanisius .
Tachyan, Endang . 1992 . Dasar-Dasar Tanah Rawa . Jakarta : Erlangga .
PERHITUNGAN
Tanah Inceptisol
1. Sampel In1
• Bobot air = bobot botol berisi tanah lembab – bobot botol berisi tanah kering 105o
= (25,199 – 23,994) gram
= 1,205 gram
• Bobot tanah kering 105o C = bobot botol berisi tanah kering – bobot botol
= (23,994 -15,203) gram
= 8,791 gram
• % Kadar air tanah = bobor air x 100%
bobot tanah kering 105oC
= 1,205 x 100 %
8,791
= 13, 707 %
2. Sampel In2
• Bobot air = bobot botol berisi tanah lembab – bobot botol berisi tanah kering 105o
= (25, 784 – 24, 582) gram
= 1,202 gram
• Bobot tanah kering 105o C = bobot botol berisi tanah kering – bobot botol
= (24, 582-1 - 15,805) gram
= 8,777 gram
• % Kadar air tanah = bobor air x 100%
bobot tanah kering 105oC
= 1,202 x 100 %
8,777
= 13, 694 %
• Kadar air rata-rata = In1 + In2
2
= 13, 707 + 13, 694
2
= 13, 70 %
Tanah Ultisol
1. Sampel Ull1
• Bobot air = bobot botol berisi tanah lembab – bobot botol berisi tanah kering 105o
= (25,380 – 24, 514) gram
= 0, 866 gram
• Bobot tanah kering 105o C = bobot botol berisi tanah kering – bobot botol
= (24, 514 - 15,388) gram
= 9, 126 gram
• % Kadar air tanah = bobor air x 100%
bobot tanah kering 105oC
= 0, 866 x 100 %
9, 126
= 9, 489 %
2. Sampel In2
• Bobot air = bobot botol berisi tanah lembab – bobot botol berisi tanah kering 105o
= (25,429 – 24,456) gram
= 0,973 gram
• Bobot tanah kering 105o C = bobot botol berisi tanah kering – bobot botol
= (24,456 - 15,433) gram
= 9,023 gram
• % Kadar air tanah = bobor air x 100%
bobot tanah kering 105oC
= 0,973 x 100 %
9,023
= 10,783 %
• Kadar air rata-rata = In1 + In2
2
= 9, 489 + 10,783
2
= 10,136 %
PERTANYAAN
1. Apa gunanya menentukan kadar air tanah ?
Jawab : kegunaannya adalah untuk mengetahui keter sediaan air dalam tanah dalm hubungannya dengan pertumbuhan tanaman.
2. Pada bobot kering mutlak (BKM), apakah berarti air sudah tidak ada lagi dalam matriks tanah ? Jelaskan.
Jawab : air dapat ditahan matriks tanah akibat adhesi langsung molekul air ke permukaan tanah serta kapiler dari pori-pori tanah sehingga memungkinkan air masih ada dalam matriks tanah.
3. Bila persentase bahan organik total suatu tanah mineral yang Anda dapatkan adalah 10%, berapa persentase C yang terkandung dalam tanah tersebut ?
Jawab : kandungan C dalam tanah adalah 58 dari 10 % yaitu 5,8.
4. Mengapa tanah- tanah mineral di Indonesia mempunya kadar bahan organikyang pada umumnya rendah? Jelaskan. Jawab : karena tanah di Indonesia menalami proses pelapukan yang begitu cepat sehingga bahan organiknya sedikit.
TEKSTUR TANAH
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekstur tanah adalah susunan relative dari tiga ukuran zarah tanah, yaitu pasir berukuran 2 mm-5mikrometer, debu berukuran 50-2 mikrometer dan liat berukuran < 2 mikrometer. Untuk keperluan pemeliharaan ada 13 kelas tekstur tanah yaitu : pasir, debu, liat, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung dan liat berdebu.
Pembagian itu kemudian disederhanakan menjadi tujuh kelas yang terdiri dari pasir, lempung kasar, lempung alus, debu kasar, debu alus, liat debu dan liat sangat halus. Penetapan tektur tanah secara garis besar dibagi dua yaitu :
1. penetapan dilapang dan penetapan dilaboratorium. Penetapan lapang dilakukan dengan membasahi tanah kering atau lembab, kemudian dispirit diantara ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk pita lembab sambil di perhatikan adanya rasa kasar atau licin, dapat ditentukan kelas tekstur lapang.
2. penetapan tekstur tanah dilaboratorium, ada melalui tiga tahapan dalam analisis ukuran artikel yaitu menghilangkan bahan-bahan pengikat tanah, dispersikan kimiawi partikel-partikel tanah dan pecahan. Untuk dapat mengerti dan memahami juga mempelajari tekstur tanah, maka dilakukan praktikum mengenal tekstur tanah.
B. Tujuan
Adapun tujuan praktikum tekstur tanah ini adalah :
1. mengetahui komposisi suatu tanah
2. mengetahui serta menggambarkan suatu tekstur tanah
3. dapat menentukan suatu tekstur suatu tanah.
4. mengetahui kelas-kelas tekstur tanah.
5. mengetahui tekstur tanah dilapang dan dilaboratorium
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan dalam perbandingan proposi (%) relative antara fraksi pasir (sand)(berdiameter 2,00 – 0,20 mm / 2000 – 200 mikrometer, debu (slit) (berdiameter 0,20 – 0,002 mikrometer atau 200 – 2 mikrometer dan liat (clay)(< 2 mikrometer). Partikel berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai tanah fraksi, tetapi menurut Lal(1979) harus diperhitungankan evaluasi tekstur tanah. Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertestur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur pasir (Hanafiah, 2007)
Besar partikel tanah relative sangat kecil, diistilahkan dengan tekstur. Tekstur menunjukan sifat halus atau kasar butiran-butiran tanah lebih khas lagi tekstur ditentukan oleh perimbangan kandungan antara pasir (sand) liat (clay) dan debu (slit) yang terdapat dalam tanah. Suatu gumpal tanah tidak pernah tersusun hanya oleh satu macam tekstur sendiri. Langkah pertama untuk menentukan tektur tanah dengan cara menganalisis fraksi-fraksi (butiran-butiran tanah tersebut). Liat adalah fraksi yang berpengaruh terhadap campuran fraksi lain, dengan ini kata sifat liat dipergunakan dalam nama kelas kebanyakan tanah yang berisikan persentase yang lebih besar dari pada yang lain. Untuk menentukan tekstur tanah USDA telah membuat suatu diagram bidang untuk membandingkan persentase fraksi-fraksi liat, debu dan pasir. Diagram tersebut dinamakan segitiga tekstur tanah. Segitiga tersebut adalah segitiga sama sisi dengan titik puncak liat. Kemudian titik sudut debu dan pasir. Titik-titik fraksi tersebut adalah titik-titik kedudukan 100 % fraksi yang bersangkutan ( Suryatna Rafi’1989).
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kempuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tektur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70 %, prositasnya rendah (<40%), sebagian ruang pori berukuran besar sehingga airasi nya baik, daya hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan zat hara rendah. Tanah pasir mudah diolah, sehingga juga disebut tanah ringan. Tanah disebut bertekstur berliat jika liatnya > 35 % kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energi yang tinggi, sehingga liat sulit dilepaskan terutama bila kering sehingga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diolah, tanah berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liata sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Jadi aerasi dan tata udara serta udara cukup baik, kemampuan menyimpan dan menyediakan air untuk tanaman tinggi. Mineral liat merupakan kristal yang terdiri dari susunan silika tetrahedral dan alumia oktahedral. Didalam tanah selain dari mineral liat, muatan negatif juga berasal dari bahan organik. Muatan negatif ini berasal dari inonisasi hidrogen pada gugusan karboksil atau penolik (Islami dan Utomo, 1995).
Usuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan dan kekasaran tanah. Lebih khasnya tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah liat. Partikel pasir berukuran relatif lebih besar dan oleh karena itu menunjukan permukaan yang kecil dibandingkan dengan yang ditunjukan oleh partikel-partikel debu dan tanah liat yang berbobot sama. Tanah yang bertekstur kasar dengan 20 % bahan organik atau lebih dan tanah bertekstur halus dengan 30 % bahan organik atau lebih berdasarkan robot mempunyai sifat yang didominasi oleh fraksi organik dan bukanya oleh fraksi mineral. Penentuan tekstur tanah sering perlu bila memerikasa tanah dilapangan, menggunakan metode rasa untuk menentukan tekstur tanah berbagai horizon, polipedon, dan untuk mengindentifikasi tanah dengan seri dan tipe dan untuk membedakan antara tanah tanah yang berbeda langskap. Lempung yang terasa sangat berpasir merupakan lempung berpasir (Foth, 1994)
Tektur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Terdapat perbedaan penting lainya antara pasir, dan liat pada beberapa tanah yang dihubungkan dengan kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan element-element tanaman yang esensial (kesuburan tanah). Pada umumnya unsur hara yang esensial dan dapat tersedia sebagai partikel debu, area permukaanya per gram lebih besar, dan tingkat pelapukannya lebih cepat dari pada pasir yang menyebabkan tanah lebih subur dari pada tanah berpasir.
Hukum stokes menghubungakan kecepatan penurunan sebatas dari suatu bola yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui densitas dan viskositas terhadap diameternya jika dicoba pada kekuatan lapang yang ketahui (Foth, 1991).
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Penetapan Tekstur Tanah Di Lapang
Jenis tanah Rasa dan sifat tanah Tekstur tanah
Tanah Inceptisol Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan agak mengkilap Lempung
Tanah Ultisol Rasanya kasar agak jelas, membentuk bola, agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur serta melekat Lempung liat berpasir
Tabel 2. Hasil Penetapan Tekstur Tanah Di Laboratorium
Jenis tanah Persentase (%) Tekstur
Pasir Debu Liat
Inceptisol 44,26 21,39 34,35 Lempung berliat
Ultisol 63,58 19,32 17,10 Lempung berpasir
B. Pembahasan
Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diameternya < 2 mm). Pada beberapa tanah, kerikil, batu, dan batuan induk dari lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah.
Tekstur tanah merupakan ukuran relatif partikel tanah yang mengacu pada kehalusan dan kekasaran tanah. Atau tekstur tanah adalah perbandingan relatif pasir, debu dan liat, laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia penting dalam pertumbungan tanaman, diatur oleh tekstur, karena menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi.
Tekstur tanah sangat mempengaruhi jumlah air. Semakin tinggi persentasi pasir dalam tanah maka semakin banyak ruang pori pori diantara partikel partikel tanah tersebut, sehingga kadar air dalam tanah menjadi rendah. Dan menyebabkan tanah menjadi tidak subur. Liat dan debu memiliki kemampuan yang tinggi mengikat air, sehingga persentase liat dan debu tinggi, dan kadar airnya pun tinggi. Hukum ”stokes” menghubungkan kecepatan penurunan terbatas dari suatu bola yang lunak dan kasar dalam suatu cairan yang kental yang diketahui densitas dan viskositas terhadap diameternyajika dicobakan dengan kekuatan lapang yang diketahui. Bila dihubungkan dengan antara hukum stokes dengan tekstur tanah yakni debu, liat, dan pasir, terdapat perbedaan dengan kemampuan tanah tertentu untuk menyediakan elemen-elemen tanaman yang esensial atau kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi cendrung mempunyai kapasitas yang tinggi, menahan air maupun unsur hara yang tersedia.
Pada praktikum tekstur tanah, kami menggunakan tanah inceptisol dan ulisol. Tanah inceptisol merupakan tanah yang belum matang ( immature ) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibandingkan dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Warnah tanah inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya, warna kelabu bahan induknya sungai, warna coklat kemerah-merahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral, primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida akumulasi bahan organik. Sedangkan proses pedogenesisnyang menghambat pembentukan tanah inceptisol adalah pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk. Tanah inceptisol yang terdapat didataran rendah solum yang terbentuk tipis pada umumnya tebal, sedangkan pada dartan-daratan berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Pada tanah yang inceptisol kandungan liat cukup tinggi, dan memiliki kesuburan yang baik. Sedangkan tanah pada ultisol merupakan tanah yang mempunyai nilai kejenuhan < 35 %. Ciri morfologi yang penting pada ultisol adalah adanya peningkatan fraksi liat dalam jumlah tertentu pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi dayaserap air dan meningkatkanaliran permukaan dan aerasi tanah.
Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dan dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi tanah seiring dengan kedalman tanah, reaksi tanah masam dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik.
Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Pada umumnya tanah Ultisol mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan bentuk gumpal bersudut dan biasanya berwarna kuning kecoklatan hingga merah.
Ciri-ciri tanah Ultisol adalah sebagai berikut:
1. pH rendah
2. Daya simpan air terbatas
3. Kedalaman efektif terbatas
4. Derajat agregasi rendah dan kemantapan agregat rendah
5. Adanya peningkatan fraksi
Tanah yang baik untuk tanaman adalah tanah Inceptisol, karena tanah ini mengandung bahan organic dan unsure hara yang cukup tinggi sehingga tanaman menjadi subur. Sedangkan tanah Ultisol merupakan tanah yang miskin unsure hara maupun bahan organic. Selain itu tanah ini juga mempunyai akumulasi liat pada horizon bawah permukaan tanah, sehingga mengurangi daya serap air dan meningkatkan aliran permukaan serta aerasi tanah.Tanah berpengaruh penting pada tanaman melalui hubungan dengan air dan udara. Kemampuan tanah untuk menyimpan air di antara hujan yang terjadi menentukan pemberian musiman kelembaban tanah dan biasanya menentukan spesies apa yang tumbuh dalam sebuah hutan kecepatan tumbuhnya.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan di laboratorium maka diperoleh perhitungan dan dapat menentukan jenis tanah tersebut. Pada tanah Inceptisol tekstur tanahnya adalah lempung berliat dengan rasa dan sifat tanah yaitu agak kasar, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur serta melekatnya sedang. Hasil persentasenya setelah dua jam adalah 34,35% pada liat, 21,39% pada debu dan 44,26% pada pasir. Sedangkan pada tanah Ultisol, tekstur tanahnya adalah lempung berpasir dengan rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering, sukar dipijit, mudah digulung serta melekat sekali. Hasil persentase setelah dua jam adalah 17,10% pada liat, 19,32% pada debu dan 63,58% pada pasir.
Pada percobaan tersebut, penetapan tekstur tanah dilakukan menurut perasaan di lapang dan penetapan tekstur tanah di laboratorium. Penetapan tekstur tanah menurut perasaan di lapangan dilakukan dengan memijit atau memirid tanah dengan sedikit dibasahi antara telunjuk dan ibu jari. Dengan perasaan ditentukan kira-kira banyaknya separat liat, debu dan pasir. Terdapt perbedaan antara liat, debu dan pasir. Pada tanah liat akan terasa kelekatannya diantara ibu jari dan telunjuk, pada debu terasa seperti bedak bila kering dan bila basah plasitasnya sedang melekat, sedangkan pada tanah pasir terasa kasar. Sedangkan cara penetapan tekstur tanah di laboratorium dilakukan atas dasar analisis mekanik atau percobaan dengan alat dan bahan-bahan yang telah disiapkan tentunya.
Kelebihan penetapan tekstur tanah di laboratorium adalah lebih akurat melalui perconaan dan perhitungan yang tepat dan dengan catatan tidak ada faktor pengganggu. Sedangkan kelemahannya adalah lebih banyak menggunakan peralatan dan faktor-faktor pengganggunya harus diminimalisir agar mendapat hasil yang lebih akurat. Dan kelebihan penetapan tekstur di lapang diantaranya adalah lebih sederhana dan lebih menghemat waktu, karena bisa dilakukan secara langsung tanpa menggunakan alat-alat dan lebih mudah dilaksanakan. Sedangkan kelemahannya adalah hasilnya tidak akurat, dan tidak bisa tepat karena hanya menggunakan metode mengira-ngira. Selain itu keunggulan dari penetapan di laboratorium yaitu pisahan pasir, debu dan liat dapat terpisah dengan baik, tekanan dari debu dan liat dapat diukur. Sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan ketelitian yang tinggi dan kurang praktis dilakukan.
Tekstur tanah memiliki efek bagi pengolahan tanah, kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Dalam pengelolaan kesuburan tanah, penetapan tekstur tanah sangat perlu untuk dilakukan, karena dapat memberikan gambaran yang luas mengenai sifat-sifat tanah lainnya.
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari percobaan yang telah dilakukan adalah :
1. Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dalam dua cara yaitu penetapan tekstur tanah menurut perasaan di lapang dan penetapan tekstur tanah di laboratorium
2. Tekstur tanah pada penetapan tekstur tanah dilaboratorium diperoleh tekstur lempung berliat pada tanah inceptisol. Sedangkan pada tanah ultisol adalah lempung berpasir
3. Pada tanah inceptisol mengandung pasir sebesar 44,26%, debu 21,39% sedangakan liat 34,35%
4. Pada tanah ultisol mengandung pasir sebesar 63,58% debu 19,32% dan liat17,10%
5. Jenis tanah yang baik untuk pertanian adalah tanah inceptisol, karena mengandung unsur hara dan bahan organik yang banyak
6. elebihan penetapan tekstur tanah dilaboratorium adalah lebih akurat. Sedangkan dilapang adalah lebih sederhana dan hemat waktu
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Hendry D. 1994. DDIT edisi keenam. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama
Foth, Hendry D. 1991. DDIT edisi ketujuh. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Islami, titiek dan Utomo, Wani Hadi. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. Malang : IKIP Semarang Press
Rafi’, Suryatna. 1995. Ilmu Tanah. Bandung : Angkasa
TIM Dosen DDIT. 2010. Penuntun Praktikum DDIT. Bandar Lampung : Universitas Lampung
PERHITUNGAN
Diketahui:
• Pada tanah Inceptisol
Setelah 40 detik: setelah 2 jam:
H1=23, T1=29°C H2=13, T2=28°C
• Pada tanah Ultisol
Setelah 40 detik: setelah 2 jam:
H1=14, T1=28°C H2=5, T2= 28,5°C
Dit: persentase pasir, debu dan liat?
Jawab:
Pada tanah Inceptisol
Setelah 40 detik
Fk = 0,36 (T-20)
= (0,36 (28,5-20))
= 3,06
% debu + % liat = (H1 – B) + Fk x 100%
BKM
= (23 – 0) + Fk x 100%
46,75
= 55,74%
setelah 2 jam
% liat = (H2 – B) + Fk x 100%
BKM
= (13 – 0) + 3,06 x 100%
46,75
= 34,35%
% debu= (% debu + % liat) - % liat
= 55,74% - 34,35%
= 21,39%
% pasir = 100% - (% debu +% liat)
=100% - 55,74%
= 44,26% (Lempung berliat)
Pada tanah Ultisol
Setelah 40 detik
Fk = 0,36 (T-20)
= 0,36 (28,25-20)
= 2,97
% debu + % liat = (H1- B) + Fk x 100%
BKM
= (14-0) + 2,97 x 100%
46,6
= 36,42%
setelah 2 jam
% liat = (H2-B) + Fk x 100%
BKM
= (5-0) + 2,97 x 100%
46,6
= 17,10%
% debu= (% debu + % liat) – % liat
= 36,42% - 17,10%
= 19,32%
% pasir= 100% - (% debu + % liat)
= 100% - 36,42%
= 63,58% (Lempung berpasir)
PERTANYAAN
1. Bahan dan alat apa saja dalam pelaksanaan analisis tekstur yang harus ditimbang menggunakan timbangan analitik?
Jawab:
Alat yang ditimbang dengan timbangan analitik adalah contoh tanah kering. Tanah ini digunakan untuk penetapan tekstur dilapang laboratorium dan akan direaksikan dengan larutan calgon dan air. Penimbangan dilakukan agar perbandingan yang diperoleh akurat.
2. Jelaskan fungsi masing-masing bahan kimiawi yang digunakan pada penetapan tekstur secara hidrometer!
Jawab:
Larutan kimia yang digunakan adalah larutan calgon atau Na-heksa metafosfat. Fungsi dari larutan ini adalah mendispersikan partikel tanah agar lebih sempurna.
WARNA DAN STRUKTUR TANAH
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Warna tanah adalah sifat tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan. Walaupun warna mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kegunaan tanah, tetapi kadang-kadang dapat dijadikan petunjuk adanya sifat-sifat khusus dari tanah. Misalnya, warna tanah gelap mencirikan kandungan bahan organik tinggi. Warna kelabu menunjukkan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan lanjut. Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna baku yang terdapat pada “Munsell Soil Color Chart”. Penentuan ini meliputi penetapan warna dasar tanah (matriks), warna bidang struktur dan selaput liat, warna karatan dan konkresi, warna plintit dan warna humus. Warna tanah dinyatakan dalam tiga satuan, yaitu: kilap (hue), nilai (value), dan kroma (chroma). Kilap berhubungan erat dengan panjang gelombang cahaya. Nilai berhubungan dengan kebersihan warna. Kroma kadang-kadang disebut kejenuhan, yaitu kemurnian relative dari spektrum warna.
Struktur tanah adalah butiran majemuk yang terdiri dari sejumlah butir tunggal yang diikat oleh bahan organic, liat, hidroksida Al dan Fe, dan flokulasi kation tertentu. Butir majemuk yang disebut agregat dan terbentuk secara alamiah disebut ped. Ped dapat digambarkan berdasarkan tingkat perkembangan yaitu lemah, sedang, dan kuat. Selain itu, ped juga dapat digolongkan berdasarkan ukurannya, yaitu halus, sedang, atau kasar. Bentuk ped dapat menentukan apakah struktur suatu tanah terbentuk lempung (plate), berbutir (granular), kubus (gumpal bersudut), tiang (columnar) atau prisma (prismatic). Jika bentuk ped dari suatu tanah tidak menunjukkan salah satu bentuk struktur ped tersebut, maka tanah tersebut dapat dikategorikan berstruktur pejal (masif) atau lepas/ butir tunggal/ single grain.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktiokum ini adalah:
1. Menentukan struktur tanah
2. menentukan warna tanah dengan Munsell Soil color Chart
3. Menentukan bentuk dan ukuran dari agregat tanah
4. Menentukan jenis tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA
Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tetanam tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperature dan kelembaban tanah. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni tetapi campuran kelabu, coklat, dan bercak (rust), kerap kali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (mottling). Warna tanah merupakan komposit (campuran) dari warna-warna komponen-komponen penyusunannya. Efek komponen-komponen penyusunannya terhadap warna komposit ini secara langsung proporsional terhadap total permukaan tanah yang setara dengan luas permukaan spesifik dikali proporsi volumetrik masing-masingnya terhadap tanah, yang bermakna materi koloidal mempunyai dampak terbesar terhadap warna tanah, misalnya humus dan besi hidroksida yang secara jelas menentukan warna tanah. Karatan merupakan warna hasil pelarutan dan pergerakan beberapa komponen tanah, khususnya besi (Fe) dan Mangan (Mn), selam musim hujan, yang kemudian mengalami prespitasi (pengendapan) dan deposisi (perubahan posisi) ketika tanah mengalami pengeringan. Karatan berwarna terang hanya sedikit terjadi pada tanah yang rendah kadar besi atau mangannya, sedangkan karatan berwarna gelap terbebtuk apabila besi dan mangan tersebut mengalami prespitasi.
Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah hingga partikel sekunder yang membentuk agregat. Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susunan antara agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorbsi (menyerap) hara dan air, sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik (Hanafiah, 2007).
Warna tanah merupakan morfologi tanah yang dapat tegas disidik dan diukur. Warna tanah itu sendiri sebenarnya sedikit kepentingannya, namun seringkali mampu bertindak sebagai penunjuk keadaan lain tanah yang penting. Menurut Olson (1981), berpendapat bahwa warna tanah ini sangat penting untuk diperi karena kemampuannya memberi sejumlah gambaran mengenai segi pelikan tanah, tingkat peluruhan bahan tanah, beberapa segi unjuk kerja dan penggunaan tanah, kandungan bahan organik tanah dan gejolak musiman air tanah. Menurut Joffe (1949), bahwa warna tanah merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk membedakan horizon-horizon tanah dari suatu profil secara cepat. Sebagian besar tanah mempunyai warna yang merupakan hasil proses-proses pedogenik, dan sebagian lainnya adalah berasal dari warna hakiki bahan induknya. Warna tanah dikendalikkan oleh 4 jenis bahan, yaitu senyawa-senyawa besi, senyawa mangan dan magnetik, kuarsa dan feldspar, dan bahan organik. Adanya keadaan lingkungan yang beragam maka akan memberikan kisaran warna dalam selang lebar. Faktor lingkungan tanah yang banyak berpengaruh pada kisaran warna tanah adalah kelengasan tanah dan temperatur tanah, yang secara umum akan berpengaruh terhadap pengatusan dan tata udara tanah.
Suatu profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antara horizon dan dalam satu horizon. Pada pemerian profil tanah, warna setiap horizon itu haruslah diperi secara lengkap. Pemerian warna tanah juga perlu memperhatikan hubungan antara pola warna dengan struktu tanah kesarangan tanah. Agregat tanah yang disidik perlu di hancurkan untuk memastikan apakah warna tanah tampak itu seragam diseluruh agregat. Buku Munsell Soil Color Chart merupakan buku pedoman pemerian warna tanah yang dipublikasikan oleh Badan Pertanian Amerika Serikat (USDA). Buku edisi tahun 1971 ini terdiri dari tujuh halaman warna mempunyai sejumlah potongan warna dan jumlah potongan warna pada tujuh halaman ini adalah 196 potong. Potongan-potongan warna merupakan versi modifikasi dari kumpulan warna yang terdapat dalam buku induk Munsell dan hanya mencakup 1/5 dari seluruh kisaran warna edisi lengkapnya (Poerwidodo, 1991)
Struktur tanah menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau ped disebut juga agregat. Struktur suatu horizon yang berbeda satu profil tanah merupakan satu ciri penting tanah, seperti warna tekstur atau komposisi kimia. Struktur mengubah pengaruh tekstur dengan memperhatikan hubungan kelembaban udara. Struktur berkenbang tidak dari satu butir tunggal maupun dari keadaan pejal. Warna merupakan sifat tanah yang nyata dan mudah dikenali. Warna merupakan sifat tanah yang nyata, bagaimanapun terutama digunakan sebagai suatu ukuran langsung dibandingkan sifat tanah yang penting lainnya yang sukar diamati dan diukur dengan teliti misalnya drainase. Jadi warna tanah bila digunakan dengan ciri-ciri lainnya berguna dalam penbentukan tanah dan penggunaan lahan. Bahan organik merupakan sebuah bahan utama pewarnaan tanah tergantung pada keadaan alaminya, jumlah dan penyebaran dalam profil tanah tersebut. Bahan organik biasanya tertinggi di lapisan permukaan tanah di daerah sedang warna permukaan tanahnya agak gelap (Foth, 1998).
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara dimana partikel pasir, debu, dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makroform) membentuk sirkulasi air dan udara, juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil (mikroform) memgang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular (Hadi Utomo, 1982).
Struktur tanah, warna tanah, dan kedalaman/solum tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebgian kecil yang menjadi limpasan permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal struktur padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan sebgian besar menjadi aliran permukaan (longsor). Macam-macam struktur tanah yaitu granular,kubus, lempeng dan prisma (Anonim, 2010)
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel Penetapan Warna dan Struktur Tanah
Lapisan Simbol
lapisan Kedalaman
(cm) Warna Tanah Struktur
(Bentuk dan Ukuran)
1 Ap 0-17 cm 7,5 YR 3/3,
Dark Brown (coklat gelap) Remah (crumb). Bentuknya porous, bulat, ukuran kecil, agregat tidak terikat satu sama lain.
2 AB 17-47 cm 5 YR 4/4,
Reddish Brown Gumpal (subangular blocky).
Berbentuk kubus dengan sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal, agregat berpegang erat dengan yang lainnya.
3 B1 47-92 cm 5 YR 4/6,
Yellowish Red Gumpal bersudut (Angular Blocky).
Berbentuk kubus dengan sudut tajam, sumbu vertical sama dengan sumbu horizontal
4 B2 92-125 cm 10 R 3/6
Dark Red Gumpal bersudut (Angular Blocky).
Berbentuk kubus dengan sudut tajam, sumbu vertical sama dengan sumbu horizontal
5 B3 125-150 cm 2,5 YR 4/6,
Red (merah) Gumpal (subangular blocky).
Berbentuk kubus dengan sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal, agregat berpegang erat dengan yang lainnya.
B. Pembahasan
Warna tanah adalah salah satu fisik yang lebih banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tetanam tetapi secara tidak langsung berpengaruh terhadap temperatur dan kelembaban tanah. Warna tanah dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning, adapula kebiruan dan kehijauan.
Struktur tanah adalah kenampakan bentuk atau susnan partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan artikel-artikel primer yang membentuk agregat (bongkah)).
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan warna dan struktur tanah. Dari hasil pengamatan didapatkan data sesuai dengan tabel penetapan warna tanah dan struktur tanah. Pada pengamatan ini terdapat 5 lapisan tanah yang dimulai dari atas sampai ke bawah yaitu Ap, AB, B1, B2, dan B3. Setiap lapisan ini memiliki warna dan struktur tanah yang berbeda-beda.
Tanah lapisan 1 (Ap) memiliki struktur tanah yang remah, yaitu berbentuk porous, bulat, ukuran kecil, dan agregat tidak terikat satu sama lain. Lapiasan 1 terdapat pada kedalaman 0-17 cm. Warna tanah pada laisan 1 yang ditetapkan dengan Munsel Soil Color Chart adalah 7,5 YR 3/3 yaitu Dark Brown atau coklat gelap. Lapisan ini berwarna coklat gelap karena mengandung bahan organik. Bahan organik ini berasala dari sisa-sisa tanaman yang mengalami peruraian yang akan mempunyai warna cenderung lebih hitam.
Tanah lapisan 2 yaitu diberi simbol AB. Warna tanah pada lapisan AB yaitu ditetapkan dengan menggunakan Munsell Soil Color Chart adalah 5YR 4/4 yaitu Reddish Brown (coklat kemerah-merahan). Lapisan ini terdapat pada kedalaman 17-47 cm. Struktur tanah pada lapisan ini adalah gumpal (Sub angular blocky) yaitu berbentuk kubus dengan sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontzl, dan agregat berpegang erat dengan yang lainnya.
Tanah lapisan 3 yaitu diberi simbol B1 yang berkedalaman antara 47-92 cm. Warna pada lapisan ini adalah merah kekuning-kuningan (yellowish red) dengan kisaran warna 5 YR 4/6 (penetapan Munsell Soil Color Chart). Struktur tanah pada lapisan ini adalah gumpal bersudut (angular blocky) yaitu berbentuk kubus dengan sudut tajam sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal. Tanah pada lapisan 3 dan 4 mempunyai struktur yang sama yaitu gumpal bersudut (angular blocky).
Tanah pada lapisan ke 4 diberi simbol B2. tanah ini berkedalaman antara 92-125 cm. Warna tanah pada lapisan B2 adalah merah gelap (dark red). Kisaran warna 10 R 3/6. struktur tanahnya adalah gumpal bersudut) yaitu berbentuk kubus dengan sudut tajam sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal.
Tanah lapisan 5 atau yang terakhir diberi simbol b#. Kedalaman tanah ini antara 125-150 cm. Warna tanah laipsan B3 adalah merah (red). Kisaran warna menurut penetapan Munsell Soil Color Chart adalah 2,5 YR 4/6. warna merah menunjukkan berlangsungnya oksidasi tinggi terhadap senyawa besi dan hanya mungkin terjadi jika tubuh bertata udara baik dan temperature tanah tinggi dengan jeluk air bumi dalam.
Struktur tanah semakin ke bawah semakinkeras kemudian menjadi lembut lagi. Hal ini dikarenakan pengaruh faktor pembentukan agregat dan profil tanah. Tanah pada lapisan atas (lapisan 1) remah, kemudian semakin ke bawah keras tetapi pada lapisan selanjutnya tanah lembut lagi. Lapisan atas remah disebabkan bahan organik dimana lapisan ini adalah lapisan pengolahan tanah. Pada lapisan 2 tanah remah dan agak sedikit lembut, hal ini dikarenakan pada tanah lapisan ini terjadi pencucian dab pengendapan unsur hara. Selanjutnya, pada tanah lapisan 3 tanah lebih lembut dikarenakan tanah pada lapisan ini trtjadi pengendapan tingkat pertama/awak. Kemudian pada lapisan ke 4 tanah lebih keras disebabkan karena lapisan ini mengalami proses pengendapan maksimal. Pada lapisan terakhir (lapisan 5) tanah kembali menjadi lebih lembut karena kembali ke bahan induk tanah/ campuran bahan induk.
Warna tanah dari lapisan atas (lapisan 1) samapi lapisan bawah (lapisan 5) berbeda, dikarenakan dipengaruhi oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Perbedaan warna tanah juga disebabkan oleh warna humus, besioksida dan besi hidroksida dan juga kandungan bahan organiknya terdapat pada tanah tersebut. Semakin gelap warna tanah maka kandungan bahan organiknya semakin tinggi. Warna tanah yamng berwarna merah menunjukkan berlangsungnya oksidasi tinggi terhadap senyawa besi. Warna kuning pada tanah karena adanya oksidasi-oksidasi besi terhidrat pada tanah-tanah dengan atusan sering kali sangat terhambat. Tanah-tanah berwarna kuning terbentuk pada temperatur rendah dan curah hujan yang tinggi sehingga persenyawaan besi tersedia dalam bentuk oksi-hidrat dan temperatu tinggi di dataran rendah dan peluruhannya dipengaruhi oleh air bumi, tanah dari endapan sungai.
Pada pengamatan warna tanah terdapat warna matriks dan warna karat. Warna matriks adalah warna yang mendominasi ditiap horizon tanah, sedangkan warna karat adalah warna yang terbentuk akibat akumulasi Fe, mineral alin oleh air sehingga membentuk spot-spot/bercak pada tanah. Karat terdapat karat merah dan karat kuning. Karat kuning terjadi karena proses lanjutan dari karat merah apabila karat merah dibiarkan. Warna matriks juga dapat disebut warna dasar tanah.
Tanah alfisol adalah tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horizon bawah. Tanah alfisol mempunyai horizon argilik dan terjadi di daerah di mana tanah hanya sebentar lembab pada paling sedikit sebagian dalam tahun tersebut. Tanah alfisol mempunyai kejenuhan basa yang tinggi yaitu lebih dari 35% (>35%) pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah atau pada horizon alfisol terbawah. Basa yang dilepaskan dalam tanah karena pelapukan kurang lebih sama dengan cepatnya pencucian ke bawah dengan bersama gerakan air. Jadi tingkatan alfisol sedikit agak rendah daripada Mollisol yang digunakan untuk pertanian dua jenis tanah diperkirakan berstatus basa rendah. Alfisol mempunyai urutan ketiga di dunia. Area tanah alfisol terbesar adalah di sebelah gurun Sahara di Afrika. Tanah alfisol mempunyai musim kering tertentu dan bila diolah, merupakan obyek yang serius akibat intensitas hujan lebat pada musim hujan.
Tanah ultisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan terbanyak dan memperlihatkan pengaruh pencucian paling akhir. Tingkat pelapukan dan penbentukan ultisol berjalan lebih cepat, daerah-daerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi menyebabkan ultisol mempunyai kejenuhan basa rendah (kejenuhan basa < 35% pada horizon tanah yang lebih rendah). Selain itu, tanah ultisol juga mempunyai keasaman tanah, kejenuhan Aldd tinggi dan bahan organik rendah sampai sedang. Tanah ultisol berwarna gelap dan strukturnya padat menggumpal atau granular.
Pada kegiatan awal praktikum warna dan struktur tanah kita tidak langsung mengamati warna dan struktur tetapu kita akan membahas sedikit tentang pengenalan profil tanah. Pada pengenalan profil tanah yang akan diamati, penampang penamatan (profil) harus bersih dan terang. Penampang pada pengamatan ini tanah harus lembab ( matriks tanah harus lembab). Pertama kita tusuk-tusukan atau dicungkil-cungkil, kemudian diukur dengan menggunakan meteran sedalam 150 cm. Lihat perbedaan warna secara kasat mata untuk membedakan lapisan tanah. Setelah diketahui batas-batas antar lapisan, setiap lapisan kita tusuk-tusuk dan dicungkil-cungkil ditaruh ditangan kiri dan diremas-remas. Setelah diremas-remas kita dapat mengetahui struktur tanah dengan mengambil sampel/contoh pada tanah yang diremas-remas. Kemudian tanah yang dipergunakan untuk sampel pada struktur, kita juga dapat mengambil dan mempergunakan untuk mengetahui warna dengan menggunakan penetapan Munsel Soil Color Chart. Setelah mengambil contoh pada lapisan pertama, dilanjutkan dengan mengambil contoh pada lapisan 2,3,4, dan 5. selanjutnya, setelah mengambil contoh untuk struktur tanah maka kita akan mengetahui struk tanah dengan cara pecahkan tanah dengan tekanan jari. Apabila warna tanah di bawah lubang Munsell Soil Color Chart dengan jari. Apabila warna tanah gumpalan tadi tepat sam dengan gambar warna tekstur, maka diberi angka-angka kilap, nilai dan kroma tertinggi dan terendah yang membatasinya. Di sebelah kirinya ada bacaan tentang warna tanahnya.
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat pad praktikum ini adalah
1. Warna tanah berfungsi sebagai penentu suatu status kesuburan tanah
2. Penentuan warna tanah dilakukan di tempat yang terhindar dari sinar mataharidan menggunakan Munsell Soil Color Chart
3. Penentuan warna pada Munsell Soil Color Chart digunakan kisaran warna 2,5 R – 10 R untuk warna merah, 2,5 Y -5 Y untuk warna kuning dan 5 YR -10 YR untuk warna coklat
4. Warna dan struktur tanah pada tiap lapisan berbeda yang disebabkan oleh luas permukaan spesifik dengan proporsi volumetrik tanah
5. Struktur tanah pada lapisan Ap adalah remah, lapisan AB adalah gumpal, lapisan B1 adalah gumpal bersudut, lapisan B2 adalah gumpal bersudut, dan lapisan B3 adalah gumpal
6. Tanal Alfisol mempunyai kejenuhan basa lebih dari 35 %, dan tanah Ultisol mempunyai kejenuyhan basa kurang dari 35 %
7. Tanah yang berwarna gelap mengandung bahan organic dan karbon
8. Warna matriks adalah warna dasar tanah atau warna mendominasi ditiap horizon tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. http/:www.google.com/struktur tanah.htm/210410.13:21
Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Hadi Utomo, w. 1992. Dasar-dasar Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya : Malang
Hanafiah, Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pt. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah. Rajawali : Jakarta
Tim Dosen. 2010. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung : Bandar Lampung
PERTANYAAN
1. Kesimpulan apa yang dapat diambil, jika pada suatu profil tanah saudara mendapatkan data sebagian berikut :
- memiliki bercak dengan chroma lebih kecil atau sama dengan 2 pada kedalaman kurang dari 50 cm
- Warna matriks pada kedalaman lebih dari 25 cm lebih biru dari 10 Y
Jawab :
- Warna tanah gelap, ada tiga penyebabnya yaitu drainase yang buruk, kandungan karbon yang tinggi dan kandungan bahan organik yang tinggi
- Tanah ini mengandung banyak air dan alumunium serta berwarna biru
2. Jelaskan pengaruh pengolahan tanah terhadap struktur tanah ?
Jawab:
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan dua tipe yaitu pengolahan manual dan menggunakan alat. Dengan pengolahan tanah secara manual struktur pada tanah akan mengalami perubahan yang sedikit tetapi apabila dengan menggunakan alat berat /traktor maka akan terjadi pemadatan tanah yang akan menekan dan mempengaruhi struktur tanah menjadi lebih padat.
REAKSI (pH) TANAH
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pH tertentu yang terukur oleh pada tanah ditentukan oleh seperangkat factor kimia tertentu. oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah sebuah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Biasanya tanah pada daerah basah bersifat masam dan tanah pada daerah kering bersifat basa (alkali).
Nilai pH berkisar antara 0-14. Makin tinggi kepekatan / konsentrasi (H+) dalam tanah, makin rendah pH tanah dan sebaliknya, makin rendah konsentrasi (H+) maka makin tinggi pH tanah. Sehubungan dengan nilai pH dijumpai 3 kemungkinan, yaitu : masam, netral dan basa (alkali).
Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif disababkan oleh ion H+ dan Al3+ yang terjerap pada kompleks jerapan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Menetapkan pH tanah dengan menggunakan lakmus.
2. Mengetahui cara menetapkan pH tanah dengan menggunakan pH meter.
3. Mengetahui hasil perbandingan pH tanah dengan menggunakan kertas lakmus dan pH meter.
II .TINJAUAN PUSTAKA
Air bersifat netral karena konsentrasi H+ dan OH+ yang sama. Pada keadaan nbetral, pH adalah 7. Suatu ukuran skala pH digunakan untuk memudahkan menyatakan konsentrasi H+ yang sangat kecil di dalam air maupun di dalam berbagai system hayati penting. Kation-kation yang dapat dipertukarkan terserap dengan tenaga yang cukup besar untuk memperlambat pencuciannya dari tanah, tetapi sejumlah kation yang cukup besar mengalami disosiasi dari permukaan perukaran kation yang terdapat dalam larutan dimana kation itu siap untuk digunakan tanaman. Pada disosiasi, basa yang dapat dipertukarkan menyebabkan terjadinya hidrolisis sehingga dihasilkan ion-ion OH- ( Foth, 1994).
Pengukuran pH tanah di lapangan dengan prinsip kalori meter dengan menggunakan indicator (larutan, kertas lakmus), yang menunjukkan warna tertentu pada pH berbeda. Kesalahan pengukuran dapat terjadi antara 0,1 – 0,5 unit pH atau bahkan lebih besar karena pengaruh pengenceran dan faktor-faktor lain. Untuk mengukur pH basa kuat di lapangan, indikator fenolptalin yang tidak berwarna sangat bermanfaat karena akan berubah menjadi ungu sampai merah pada pH 8,3 – 10. Kondisi yang sama pada pengukuran pH di lapangan pada kondisi luar biasa asam dihunakan indikator Brom Cresol Green (0,1 gram dilarutkan pada 250 ml 0,006N NaOH) yang berubah dari hijau sampai kuning pada pH 5,3 dan yang lebih rendah dari pada 3,8. Untuk mengetahui pH tanah di lapangan, secara umum dapat digunakan indikator universal / campuran (Mohr, 1972).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hydrogen H+ di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan oin H+. pada tanah-tanah yang masam ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih tinggi daripada ion H+. bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bersifat netral yaitu mempunyai nilai pH 7. Kemasaman tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi, sedangkan pengaruhnya sangat besar dapa tanaman, sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Syaifuddin Syarief H.F, 1998).
Sifat kemasaman tanah ada dua jenis, yaitu kemasaman aktif dan memasaman potensial. Reaksi kemasaman aktif ialah yang diukurnya konsentrasi ion H+ yang terdapat pada pemakaian sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat ditukar baik yang terjerap olehn kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan. Sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam ataupun basa. Asam-asam organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian bahan organic tanah. Menentukan kemasaman tanah ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat yang murah ialah kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil memanjang. Alat lain yang harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai berulang-ulang dengan hasil pengukuran lebih akurat adalah pH tester dan soil tester (Hardjowigeno S, 1987).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Penetapan pH dengan lakmus
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung plastic dan kertas lakmus. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah ultisol, tanah inceptisol, air destilata (H2O) dan larutan KCl 1N.
2. Penetapan pH dengan pH meter
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan, tabung plastic, mesin pengocok dan pH meter. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah inceptisil, tanah ultisol, air destilata (H2O) dan larutan KCl 1N.
B. Prosedur Kerja
1. Penetapan pH dengan lakmus
Ditimbang 5 gram tanah ultisol dan 5 gram tanah inceptisol, masing-masing tanah dimasukkan ke dalam tabung plastik.
↓
Ditambahkan 12,5 ml air destilata (H2O) dan 12,5 ml larutan KCl 1N, lalu dikocok selama 10 menit dan diamkan selama 5 menit hingga terbentuk cairan bening yang terpisah dari endapan (lumpur).
↓
Dicelupkan kertas lakmus pada cairan bening di atas lumpur, jangan sampai kena lumpur.
↓
Disesuaikan warna lakmus dengan warna dikotak lakmus dan dicatat pH.
↓
Diulangi kegiatan tersebut menggunakan 3 gram tanah ultisol dan 3 gram tanah inceptisol dicampur masing-masing 15 ml air destilata (H2O) dan 15 ml larutan KCl 1N.
2. Penetapan pH dengan pH meter
Ditmbang 5 gram tanah ulisol dan 5 gram tanah inceptisol, masing-masing tanah dimasukkan ke dalam tabung plastik.
↓
Ditambahkan masing-masing 12,5 ml air destilata (H2O) dan 12,5 ml larutan KCl 1N ke dalam tabung plastic.
↓
Tabung dikocok selama 30 menit dengan mesin pengocok dan diamkan sebentar.
↓
Diukur dengan pH meter.
↓
Diulangi kegiatan di atas dengan menggunakan 3 gram tanah ultisol dan 3 gram tanah inceptisol, serta tambahkan 15 ml air destilata dan 15 ml larutan KCl 1N.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PENBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan
Jenis tanah pH (pH meter) pH (lakmus)
H2O KCl H2O KCl
1:2,5 1:05 1:2,5 1:05 1:2,5 1:05 1:2,5 1:05
Ultisol 5,73 6,85 2,52 1,99 6 6 2 2
Inceptisol 5,51 5,64 2,12 1,81 5 6 3 2
B.Pembahasan
Dari table hasil pengamatan penetapan pH tanah ,dengan percobaan menggunakan pH meter terlihat bahwa pH H2O lebih tinggi dibandingkan pH KCl. Pelarut pada KCl lebih rendah jika di bandingkan dengan pelarut H2O dikarenakan garam KCl akan melepas H+ dari kompleks jerapan, sehingga tanah akan lebih masam. Tanah yang masam karena kandunganH+ yang tinggi dan banyak ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dengan menggunakan H2O dan KCl, pH H2O dihasilkan lebih tinggi dari pH KCl. Hal ini disebabkan karena kemasaman yang di ukur dengan menggunakan H2O adalah kemasaman aktif sedangkan pH KCL mengukur kemasan aktif dan kemasaman potensial. KCl mampu mengukur mengukur aktivitas H+ yang ada diluar tanah disebabkan karena ion K+ yang berasal dari KCl dapat ditukar dengan ion H+, sedangkan hal tersebut tidak berlaku untuk H2O.
Tanah inceptisol umumnya hanya mempunyai horizon yang banyak mengandung sulfat asam (catday) pH < 3,5 dan terdapat karatan kisaran kadar C organic dan KTK dalam tanah Inceptisol sangat besar, begitu juga dengan kejenuhan basa, pH tanah < 3,5 menenjukkan bahwa tanah tersebut bersifat masam yang berarti kepekatan H+ lebih tinggi dari kepekatan OH-. Sedangkan tanah ultisol memiliki tingkat pelapukan dan pembentukan ultisol berjalan lebih cepat pada daerah¬-daerah beriklim humial dan suhu tinggi dengan curah hujan tinggi seperti halnya di Indonesia. Ini brarti ultisol merupakan tanah yang telah mengalami proses pencucian sangat intensif. Hal ini menyebabkan ultisol mempunyai kejenuhan basa yang rendah (kurang dari 3,55 pada standar pH 8,2) dan kadar mineral lapuknya sangat rendah.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pH tanah,yang menyebabkan perbedaan nilai pH adalah :
1. Kejenuhan Basa (KB), apabila semakin besar kejenuhan basa, semakin tinggi pH tanah dan sebaliknya bila kejenuhan basa rendah, maka pH rendah.
2. Sifat koloid, merupakan koloid organik mudah mendisosiasikan ion H+ ke larutan tanah dan sebaliknya untuk koloid Fe dan Al hidroks oksida dan liat silikat, pH tanah organik < pH tanah mineral yang kaya Fe dan Al hidroks oksida atau liat silikat pada kejenuhan basa yang sama.
3. Maacam kation yang terjerap, koloid-koloid yang menjerap Na+ dan ion basa-basa yang lain akan mempunyai pH tinggi.
4. Jumlah curah hujan
5. Drainase tanah internal
6. Tipe vegetasi
7. Aktivitas manusia
8. Ketersediaan unsur hara
9. Tekstur tanah dan stuktur tanah
10. Ketersediaan air
11. Bahan organik
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan pH tanah antara lain :
1. Perbandingan tanah dengan air, faktor ini harus diperhatikan karena perbandingan tersebut menentukan besar kecilnya pH, jika perbandingan menurun, maka elektroda tidak sempurna.
2. Kandungan garam-garam dalam larutan tanah, tanah-tanah masam mengandung cukup garam-garam terlarut untuk mengganggu pertumbuhan tanaman, terutama dengan meningkatnya tekanan osmosis larutan tanah dan membatasi larutan air. Garam-garam terlarut mungkin mengendap secara alami dalam tanah di daerah-daerah kering, sebagai akibat penambahan air irigasi.
3. Keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah, CO2 yang dihasilkan dari pernapasan melarut dalam larutan tanah membentuk asam karbonat rendah. Pengaruh ini terlihat pada tanah-tanah kapur dan tanah alkali lainnya untuk ribuan tahun, yang menunjukkan bahwa terbentuknya asam karbonat dalam tanah mempunyai peranan yang kurang berarti dalam menentukan pH tanah.
Upaya yang mungkin dilakukan untuk mencapai pH dan optimal bagi pertumbuhan tanaman antara lain :
1. Dengan cara pemeliharaan rutin, seperti memperbaiki biologi tanah, yaitu mikroba tanah sebagai bahan organik tanah, humufikasi, mineralisasi dan pengikat nitroksin udara.
2. Memperbaiki kimia tanah yaitu melakukan pemupukan, mengamati reaksi tanah dan tersedianya unsure hara bagi pertumbuhan tanaman dan memperbaiki pH tanah sehingga mencapai pH sekitar 7 (pH netral). Misalnya dengan pemberian kapur dan pupuk fosfat. Upaya mengatasi kendala kemasaman dan kejenuhan Al3+ yang tinggi dapat dilakukan pengapuran. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari masam ke pH netral, serta menurunkan kadar Al3+. Untuk menaikkan kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur selain meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan basa. Pemupukan fosfat merupakan salah satu cara mengelola tanah ultisol, karena disamping kadar P rendah, juga terdapat unsur-unsur yang dapat meretensi fosfat yang ditambahkan. Kekurangan P pada tanah ultisol dapat disebabkan oleh kandungan P pada bahan induk tanah yang memang sudah rendah, atau kandungan P sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena diserap oleh unsur lain seperti Al dan Fe.
3. Penambahan bahan organik, bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara. Penyediaan bahan organik dapat pula diusahakan melalui pertanaman lorong (alley cropping).
V. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan mengenai reaksi (pH) tanah dapat disimpulkan bahwa :
1. pH H2O lebih tinggi dibandingkan pH KCl.
2. Denagn pengukuran menggunakan pH meter dan kertas lakmus, dahasikan bahwa pH tanah ultisol lebih tinggi daripada pH tanah inceptisol.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah antara lain adalah perbandingan air dengan tanah, kandungan garam-garam dalam larutan tanah, dan keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah.
4. Penetapan pH tanah dengan pH meter hasilnya lebih akurat dibandingkan menggunakan kertas lakmus yang sifatnya kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Jakarta : Erlangga
Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo
Mohr. 1972. Tropical Soils. Net Herlands. Geuze Dordrecht
Syarief h.F, Syarifudin. 1998. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka Buana
PERTANYAAN
1. Terangkan mangapa dalam penetapan pH tanah, perbandingan antara air dengan tanah harus diperhatikan!
2. Mungkinkah pH KCl lebih tinggi dari pH H2O? Terangkan!
Jawab :
1. Karena perbandingan tersebut menentukan besar kecilnya pH tanah. Nisbah antara tanah dan air yang digunakan biasanya 1:1, 1:2,5 dan 1:5. Makin tinggi nisbah, maka makin tinggi pH tanah dan jika perbandingan terlalu rendah akan terjadi kontak antara larutan tanah dengan elektroda tidak sempurna, akibatnya pengukuran kurang teliti. Air merupakan unsure hara utama bagi kelompok H dan O yang harus tersedia di dalam tanah yang berguna bagi tanaman. Jadi air dan tanah dalam penetapan pH harus diperhatikan.
2. Tidak mungkin, karena KCl berasal dari KOH dan HCl, dan untuk keduanya asam kuat dan basa kuat, tidak mungkin melakukan pelepasan H+ dari kompleks jerapan.
PEPTISASI DAN FLOKULASI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lempung tanah terdapat di alam sebagai campuran dari sejumlah spesies. Beberapa dari tipe mineral lempung yang berbeda dapat tertumpuk bersama sebagai suatu paket. Hal ini desebut dengan interstratified atau lempung lapis campuran. Lempung ini tidak dapat dipisahkan dengan cara fisik seperti halnya campuran lempung biasa.
Pada proses pembentukan struktur tanah, gaya yang menyatukan butir-butir primer menjadi agregat adalah :
1. Gaya intermolecular yang merupakan hal yang terpenting dalam pembentukan struktur tanah. Untuk dapat dapat berdekatan antar zarahnya, maka zarah harus terflokulasi/terkoagulasi
2. Gaya kapiler yang timbul karena adanya meniskus
3. Gaya kimia termasuk pengaruh kation yang terjerap
Peptisasi adalah sebuah proses dispersi endapan menjadi sistem koloid dengan penambahan zat pemecah, zat tersebut dapat berupa elektrolit yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Sedangkan flokulasi berarti pembentukan globul-globul pada emulsi, hal ini disebabkan ketidak seimbangan emulsi tetapi lapisa monomolekularnya masih bagus sehingga floulasi dapat diperbagus dengan pengocokan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui gejala peptisais pada tanah
2. Mengetahui gejal flokulasi pada tanah
3. Membandingkan gejala peptisasi dan flokulasi pada tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi-fungsi anorganik tanah terdiri dari fragmen-fragmen bantuan dan mineral dalam berbagai ukuran dan komposisi. Meskipun komposisinya beraneka ragam fraksi-fraksi anorganik umumnya berupa silikat dan oksida. Mereka kadang-kadang dibedakan kedalam mineral-mineral primer dan sekunder. Namun pengelompokkan ini menimbulkan masalah, karena endapan mineral sekunder dapat dianggap sebagai mineral primer. Karena endapan mineral sekunder dapat dianggap sebagai mineral primer dalam pdoogi. Berdasarkan ukurannya dikenal tiga fraksi utama, yaitu :
1. Fraksi kasar ( 2 – 0,05mm ) yang disebut pasir
2. Fraksi halus ( 0,05 – 0,002mm ) yang disebut dengan debu
3. Fraksi sangat halus ( < 0,002m ) yang disebut dengan lempung
Dalam ilmu tanah kita bisa menganggap lempung sebagai suatu koloid, meskipun secara tepatnya hanyalah sebuah fraksi liat > 0,2 µm yang merupakan lempung koloidal ( Indramada, 1994 ).
Jika zarah primer (koloid) dalam suatu larutan mengelompok atau bersatu tetapi mudah didispersikan kembali disebut flokulasi. Pada peristiwa koagulasi kelompok zarah tersebut sukar didispersikan. Flokulasi dan koagulasi zarah koloid ditentukan oleh ukuran dan muatan zarah tersebut. Flokulasi lebih mudah terjadi pada zarah berukuran kecil ( < 1 µm ) dan bermuatan berlawanan seperti liat (-) dan hidroksida besi atau alumunium ( Tim dosen DDIT, 2010 ).
Lempung tanah terdapat di alam sebagai suatu campuran dari sejumlah spesies. Beberapa dari tipe meneral lempung yang berada dapat bertumpuk bersama sebagai suatu paket. Ini disebut interstratified atau lempung lapis campuran. Lempung interstratified tidak dapat dipisahkan dengan cara fisik seperti halnya campuran lempung biasa.
Interstratified dapt terjadi dalam pola teratur, atau dalam pola acak, ia juga dapat berupa hasil dari suatu proses agregasi dalam suatu kristal di dalam mintakat-mintakat dari suatu mineral lain. Proses lain pembentukan atau pertumbuhan kristal dalam ruang antar lapis. Sebagai contoh, lembar gibsit dapat berkembang dari pengendapan & kristalisasi dalam ruang antar misel, akibat penggantian kation-kation tertukarkan dan perubahan dalam lingkungan kimia ( Kim.H.Tan, 1995 ).
Peptisasi merupakan gejala terdispersinya t anah akibat penambahan elektrolit lemah sehingga tidak mampu menahan sifat kenegatifannya, setelah itu terjadi gaya tolak menolak antar fraksi (Anonim, 2010).
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan Gejala Peptisasi dan Flokulasi
No Bahan yang ditambahkan Gejala Catatan
1 NH4OH 3 N peptisasi Beberapa contoh tanah dilarutkan, gumpalan-gumpalan tanah pecah menjadi fraksi-fraksi tanah (pasir,liat,debu), berbentuk endapan dan masing-masing bermuatan (+) positif karena saling membentuk partikel koloid.
2 Ca(OH)2 0,04 N Flokulasi Liat yang awalnya setengah mengembang, akan mengendap kembai karena partikel terbawa ke dalam hubungan dan saling bertabrakan lalu melekat dan tumbuh menjadi ukuran yang siap turun mengendap untuk mengelompok kembali dengan pasir dan debu
3 HCL N Flokulasi Pada proses ini liat labih cepat bergabung dengan pasir dan debu dan mengendap di dasar larutan, juga larutan menjadi bening tetapi tidak terlalu nampak
B. Pembahasan
Peptisasi adalah suatu proses dispersi endapan menjasdi sistem koloid dengan penambahan zat pemecah dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu. Cara peptisasi adalah pembuatan koloid atau sistem dari butiran-butiran kasar atau dari suatu endapan atau proses pendispersian endapan. Pada proses ini menyebabkan netralisasi muatan tanah tidak terjadi sehingga muatan-muatan negatif menonjol yang mengakibatkan terjadinya gaya tolak menolak antar muatan atau keadaan terdispersinya tanah oleh penambahan larutan elektrolit lemah yang mengakibatkan liat yang bermuatan negatif tidak mampu menahan sifat kenegatifannya sehingga terjadi gaya tolak menolak antar fraksi dan tanah terdispersi ke dalam fraksi debu, liat, dan pasir. Pasir tidak bermuatan, sehingga penambahan larutan elektrolit lemah tersebut tidak berpengaruh terhadap pasir, hingga pasir mengendap diatas larutan. Debu mempunyai sifat ringan, dan tidak bermuatan, sehingga debu akan mengapung di larutan bagian atas karena sifatnya yang ringan. Tetapi lama kelamaan akan juga mengendap bersama pasir dan liat. Liat yang bermuatan (-) menjerap elektrolit lemah yang bermuatan (+) yaitu dari larutan NaOH 3 N, sehingga liat tetap berada pada posisi setengah mengapung pada larutan tanah.
Flokulasi adalah suatu proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku yang telah merata akan membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan cepat, tetapi akan dapat dengan mudah untuk didispersikan kembali. Flokulasi terjadi akibat penetralisiran elektrolit lemah yang terjerap oleh liat dengan penambahan elektrolit kuat [ Ca(OH)2 0,004 N dan HCL N ], sehingga jerapan antar liat dan elektrolit lemah tersenut terlepas yang mengakibatkan liat akan mengendap dan mengelompok dengan pasir dan debu, akan tetapi mudah didispersikan kembali. Pada saat penambahan larutan HCL N lebih bening dari pada larutan Ca(OH)2. Hal ini dikarenakan HCL N merupakan elektrolit kuat dan pada Ca(OH)2 0,004 N. Dan kation H+ yang berada pada sebelah kiri dan Ca++ pada sebelah lebih kanan pada larutan Hof meister menyebabkan kekuatan flokulasi kkation H+ akan lebih kuat.
Kekuatan flokulasi kation H+ pada HCL membuat proses berjalan lebih cepat, sehingga larutan pada penambahan Ca(OH)2 0,04 N. Karena liat yang awalnnya setengah mengambang, akibat berjerapan dengan elektrolit lemah bermuatan (+) yaitu NH4OH 3N, sehingga membuat warna larutan tersebut menjadi keruh dan sedikit demi sedikit terlepas dari jerapannya dan khirnya menggumpal dengan fraksi debu dan pasir di dasar larutan, sehingga lama kelamaan larutan akan terlihat lebih bening karena fraksi liat yang semakin berkurang.
Percobaan pada praktikum ini kita menggunakan NH4OH, HCL, dan Ca(OH)2. NH4OH digunakan karena kation NH4+ pada larutan NH4OH punya kerapatan muatan yang rendah. Hal ini menyebabkan kation NH4+ dijerap oleh liat dengan lapisan listrik ganda tebal hidrasi (mantel air) gerakan brown ion-ion yang terjerap di permukaan koloid tanah semakin besar, sehingga jerapan ini semakin lemah. Keadaan ini menyebabkan netralisasi muatan koloid tanah tidak terjadi sehingga muatan negatifnya menonjol dan terjadi gaya tolak menolak, sehingga proses peptisasi pada larutan tanah menjadi lebih mudah diamati. HCL dan Ca(OH)2 mempunyai kerapatan muatan yang tinggi, sehingga kation H+ dan Ca++ dijerap oleh liat (koloid) tanah dengan poternsial tinggi. Dan H+ dan Ca++ pada larutan mempunyai nilai hidrasi yang rendah (idak memiliki mantel air) yang mengakibatkan kation tersebut dapat berada sangat dekat dengan permukaan koloid tanah, sehingga netralisasi muatan koloid dapat berlangsung dan terjadi penggumpalan atau pengelompokkan koloid tanah, tetapi mudah didispersikan kembali. Dan peristiwa flokulasi dapat diamati pada proses tersebut. Kation H+ mempunyai kekuatan flokulasi yang lebih kuat dari pada kation Ca++ sehingga dapat digunakan seagai pembanding pada peristiwa flokulasi. Hal ini ditandai oleh kation H+ yang berada di sebelah kiri dan Ca++ di sebelah kanan pada urutan hofmeister. Semakin ke kanan maka kekuatan flokulasinya akan makin lemah. Hasilnya akan nampak pada larutan tanah yang diatambahkan HCL lebih bening dari pada yang ditambahkan Ca(OH)2 0,04 N.
Beberapa faktor yang mempengaruhi flokulasi dan peptisasi sangatlah nampak pada percobaan kali ini, sehingga gejala flokulasi pada penambahan larutan HCL nampak, diantara faktor tersebut adalah faktor lingkungan dan juga pengukuran serta penimbangan yang kurang tepat atau teliti yang mengakibatkan perbandingan antara larutan dengan penambahan elektrolit lemah melebihi ukuran yang seharusnya. Sehingga hal ini mengakibatkan proses flokulasi itu berjalan lebih lambat dan larutan yang seharusnya tampak lebih bening setelah ditambahkan HCL N menjadi tidak begitu tampak.
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan ini adalah :
1. Kation H+ pada HCL mempunyai kekuatan flokulasi leibh kuat daripada kation Ca++ pada Ca(OH)2 0,04 N, karena posisinya yang berada di sebelah kiri Ca++ pada urutan Hofmeister.
2. Larutan yang ditambahkan HCL lebih bening daripada yang ditambahkan Ca(OH)2 karena sifat flokulasi H+ yang lebih kuat/baik.
3. Ketepatan dan kepastian pengukuran dan penimbangan sangat mempengaruhi hasil dari pengamatan .
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. http : // peptisasi + flokulasi // www.google.com
Indramada. H. K. 1994. Pengolahan Kuburan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
Tan. Kim. 1995. Dasar- dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press : Bogor
Tim Dosen DDIT. 2010. Penuntun Praktikum Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung : Bandar Lampung.
PERTANYAAN
1. Teori flokulasi mempunyai kegunaan praktikal pada masalah reklamasi tanah berkadar Na tinggi. Terangkan dengan singkat mekanisme!
2. Mengapa kejenuhan Na yang tinggi berbaha bagi pertumbuhan tanaman?
Jawab:
1. Flokulasi merupakan proses pendispersian pada larutan air tanah yang menggunakan tingkat valensi dan derajat hidrasi kation-kation. Kation Na disini merupakan bagian dari deret Hofmeister sehingga reklamasi tanah berkadar Na tinggi dapat diatasi oleh proses flokulasi.
2. Karena Na yang memiliki kejenuhan yang tinggi dapat meningkatkan kadar garam pada tanah sehingga berbaha bagi pertumbuhan tanaman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
51 Keutamaan Dzikir
(1) Dengan dzikir akan mengusir setan. (2) Dzikir mudah mendatangkan ridho Ar Rahman. (3) Dzikir dapat menghilangkan geli...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG KAPET merupakan singkatan dari Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI...
-
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan ...
-
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Eceng gondok atau enceng gondok ( Latin : Eichhornia crassipes ) adalah salah satu jenis tumbuhan a...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your testimonial