BAB I
PENDAHULUAN
1.
1 Latar Belakang
Sektor Pertanian
sebagai salah satu sektor yang dinilai mampu mengembangkan perekonomian
kerakyatan, karena dalam hal ini sektor pertanian memberdayakan para petani di
pedesaan.
Peternakan sebagai sub sektor dibawahnya pun
diharapkan dapat pula meningkatkan kesejahteraan para peternak yang selama ini
dipandang sebelah mata karena keberadaannya yang kotor, bau, dan sebagainya. Namun,
pandangan seperti itu sudah tidak lazim lagi jika diterapkan dan melihat
perkembangan peternakan secara global. Usaha peternakan komoditi ungas dan
ruminansia saat ini memiliki prospek usaha yang sangat menggiurkan, dimana
kebutuhan konsumen akan produk daging, telur,dan lain-lain pada setiap
periodenya semakin meningkat secara signifikan.
Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang
sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat
diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga relatif
murah dengan akses yang mudah diperoleh karena sudah merupakan barang publik. Komoditas
ini merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional, sehingga
prospek yang sudah bagus ini harus dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di
perdesaan melalui pemanfaatan sumberdaya secara lebih optimal.
Agribisnis sapi di Indonesia
mempunyai prospek yang sangat besar, karena permintaan produk daging, susu
maupun kulit terus meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk dan
perkembangan perekonomian nasional. Namun sangat disayangkan karena dalam
beberapa dasawarsa terakhir ini impor ketiga produk tersebut cenderung terus
meningkat, walaupun terjadi fluktuasi sebagai akibat adanya perubahan global
maupun dinamika nasional. Daya saing industri peternakan ditentukan pada
ketersediaan pakan, disamping faktor bibit, manajemen dan kesehatan hewan,
serta inovasi teknologi dan faktor-faktor eksternal lainnya.
1.
2
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kegiatan fieldtrip ini adalah
-
Sebagai studi banding untuk
meningkatkan soft skill mahasiswa,
-
Meningkatkan jiwa kewirausahaan bagi
mahasiswa,
-
Serta mahasiswa dapat mengetahui prospek agribisnis usaha peternakan
unggas dan ruminansia serta teknis budidayanya.
1. 3 Waktu dan
Tempat
Tanggal 25 Mei 2013 pukul 0.9.15 WIB s/d selesai,
kegiatan fieldtrip
dilakukan di
Usaha Peternakan Ayam Petelur di Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar dan Usaha
Peternakan di Lambaro milik Dr.Ir. M Yunus M.sc.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Industri
perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global
yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal,
sehingga mampu bersaing dengan produk-produk unggas dari luar negeri.
Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan global yang mencakup
kesiapan dayasaing produk perunggasan, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya
kinerja penyediaan bahan baku pakan, yang merupakan 60-70 persen dari biaya
produksi karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor. Upaya
meningkatkan dayasaing produk perunggasan harus dilakukan secara simultan
dengan mewujudkan harmonisasi kebijakan yang bersifat lintas departemen. Hal
ini dilakukan dengan tetap memperhatikan faktor internal seperti menerapkan
efisiensi usaha, meningkatkan kualitas produk, menjamin kontinuitas suplai dan
sesuai dengan permintaan pasar. (Anonim, 2011)
Ternak
ayam lokal dan itik dapat menjadi alternatif yang cukup menjanjikan dengan
pangsa pasar tertentu, dimana hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa usaha
peternakan ayam lokal dan itik cukup menguntungkan dan dapat diandalkan sebagai
sumber pendapatan keluarga. (Anonim, 2011)
Agribisnis
sapi di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, karena permintaan produk
daging, susu maupun kulit terus meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk
dan perkembangan perekonomian nasional. Namun sangat disayangkan karena dalam
beberapa dasawarsa terakhir ini impor ketiga produk tersebut cenderung terus
meningkat, walaupun terjadi fluktuasi sebagai akibat adanya perubahan global
maupun dinamika nasional. (Anonim, 2011)
BAB III
PEMBAHASAN
Pada
tanggal 25 Mei 2013 lalu pukul 0.9.15 WIB s/d selesai,
para mahasiswa jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian (SEP) yang mengambil mata kuliah Budidaya Peternakan melakukan kegiatan fieldtrip
di Usaha Peternakan Ayam Petelur di Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar dan Usaha
Peternakan di Lambaro milik Dr.Ir. M Yunus M.sc. Pada Usaha Peternakan milik
Pak Dr.Ir.
M Yunus M.sc terdapat 6 komoditi ternak yang diusahakan, yaitu:
·
Ayam petelur unggulan,
·
Ayam Arab jenis petelur,
·
Bebek petelur,
·
Bebek pedaging (peking),
·
Sapi potong dan sapi perah.
1.
Ayam Ras Petelur
Ayam ras petelur merupakan hasil
rekayasa genetis berdasarkan karakter-karakter dari ayam-ayam yang sebelumnya
ada. Perbaikan-perbaikan
genetik terus diupayakan agar mencapai performance yang optimal, sehingga dapat
memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Salah satu keuntungan dari telur
ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang lebih tinggi dibandingkan
produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang lain.
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina
dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya.Asal mula ayam unggas
adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara
serta dapat bertelur cukup banyak.Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah
dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar.Arah seleksi ditujukan pada
produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya
maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik.Ayam yang
terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan
untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur.Selain itu, seleksi juga
diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan
ayam petelur cokelat.Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga
menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini.Dalam setiap kali
persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus
dimurnikan”).Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.
Usaha
peternakan ayam petelur yang kami kunjungi di Kuta Malaka berdiri pada tahun 2003 dan baru bergerak pada
tahun 2009. Jarak
usaha peternakan dengan
pemukiman perduduk adalah sekitar 50 meter.
Tipe
ayam yang dibudidayakan adalah Tipe Ayam Petelur Medium, yang mempunyai strain Hi Isa Brown.
Ayam petelur strain Isa brown ini termasuk dalam tipe dwiguna (produksi
dapat berupa telur dan daging). Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik
bersifat tenang, bentuk tubuh sedang, warna telur coklat dan warna bulu juga
coklat.
Saat
ini jumlah ayam petelur yang ada di peternakan berjumlah 20000 ekor. Bibit ayam-ayam didistribusikan dari Medan. Umur
bibit ayam pada saat
dimasukan adalah berumur 3 bulan. Ayam mulai berproduksi pada umur 4,5-5 bulan, dan ayam petelur akan
berptroduksi sampai umur 0.5-1.5 tahun, selebih produksi ayam akan menurun,
dan pada umur kira-kira 2 tahun 3 bulan ayam tidak berproduksi lagi. Ayam
bertelur pada pukul
9 pagi hingga pukul
6 sore. Kegiatan
pengutipan telur dilakukan pada puku 12 siang dan setelah pemberian
pakan untuk siang harinya.
Persentase produktivitas ayam petelur adalah mencapai 80 % dari total ayam, sedangkan
kegagalan bertelurnya bisa mencapai 20 %.
Pada
usaha peternakan ayam petelur terdapat 5 orang tenaga kerja tetap, dimana satu
kandang ditangani oleh satu orang tenaga kerja. Upah per tenaga kerja adalah Rp
1.500.000/bulan.
Pada
usaha tersebut, jumlah kandang yang dimiliki sebanyak 5 kandang, luas satu
kandangnya
adalah 60 x 8 m2. Tipe
kandang yang digunakan adalah kandang bateray atau kandang besi. Per kandang
diisi sebanyak 3600 ekor ayam petelur. Setiap kandang terdapat blok-blok kecil,
dimana satu blok diisi oleh 2 ekor ayam petelur.
Jenis pakan yang diberikan adalah 324-1 dari PT.
Charoen Pokphand Indonesia di Medan. Pakan yang dipesan biasanya dari
perusahaan Pokphand. Golkoin, dan Bolpit. Konsumsi pakan adalah 110 gram per ekor. Harga
pembelian pakan satu sak isi 50 kg adalah sekitar Rp 235.000-237.000/sak.
Pemberian pakan diberikan pada jam 7-9 pagi dan jam 2 siang. Sedangkan
pemberian minum dilakukan dengan menggunakan sistem nipple, dan pemberian minum
yang menggunakan vitamin dilakukan selang 3 hari setelah pemberian air minum
biasa.
Pada usaha peternakan tersebut ada beberapa penyakit
yang kerap terjadi pada ayam yang diusahakan seperti penyakit
berak kapur, sedangkan hama yang sering mengganggu usaha ini adalah harimau bambu dan
tikus.
Pemasaran telur ayam dari usaha
peternakan dipasarkan di sekitar Aceh Besar dan kota Banda Aceh. Pemasaran
dilakukan secara langsung pada pengecer dan toko-toko. Harga jual telur adalah
Rp 810/butir. Ayam afkir akan dijual sebagai ayam pedaging. Hasil produksi per
hari yang diperoleh adalah 16.000 butir berarti:
1. % Produksi =
=
= 0,8 x 100%
= 80%
Penerimaan =
Jumlah telur x Harga telur
= 16.000 butir x Rp.810
=
Rp. 12.960.000 /hari
= Rp. 12.960.000 x 30 hari
= Rp. 388.800.000/Bulan
2. Biaya yang dikeluarkan:
- Biaya pakan = Jumlah pakan yang dihabiskan/hari x Harga pakan/sak
= 44 sak x Rp.235.000
= Rp. 10.340.000/hari
- Biaya pakan/Bln = Rp. 10.340.000 x 30
= Rp. 310.200.000/bulan
- Biaya tenaga kerja= Jumlah Tenaga Kerja x
Gaji Tenaga Kerja/Bulan
= 5 org x Rp.1.500.000/bulan
= Rp.7.500.000/ bulan
- Biaya lain-lain = Rp. 5.000.000
3. Keuntungan =
Penerimaan/Bulan – Biaya ( Biaya Pakan, Biaya TK, Biaya Lain)
= Rp 388.800.000–(Rp. 310.200.000 +
Rp.7.500.000 + Rp.5.000.000)
= Rp 388.800.000 - Rp. 322.700.000
=
Rp 66.100.000/Bulan
2.
Ayam Arab Jenis Petelur
Ayam arab merupakan jenis ayam
petelur yang sering disebut dengan istilah brakel kriel-silver. Ayam ini mudah
dikenali dari warna bulu pada leher yang putih mengkilap, sedangkan bulu
punggung berwarna putih dengan bintik hitam. Jika melihat sepintas, kombinasi
warna bulu dari ayam arab mirip dengan kalkun. Ayam arab merupakan salah satu jenis ayam petelur yang mempunyai keunggulan bertelur dan
produktivitasnya yang tinggi. Ayam arab ini
juga bisa dikatakan sebagai penghasil
daging juga, karena bila dirawat dan diberi pakan yang punya nutrisi
baik akan menghasilkan bobot antara 4 sampai 5 ons selama 2 sampai 3 bulan.
Lokasi
usaha ayam arab jenis petelur terletak
di Lambaro. Pada usaha peternakan tersebut jumlah ayam Arab yang dipelihara
berjumlah 2000 ekor dengan luas kandang yang digunakan
pada peternakan tersebut seluas 40x6 m.
Bibit berasal dari
Medan (UD. Nematuri), bibit yang dimasukkan berumur 4 bulan. Ayam Arab
berproduksi pada umur 6 bulan, dalam sehari ayam
arab menghasilkan telur sekitar 1200 butir. Ayam arab akan berproduksi sampai
umur 1,5 tahun. Pemanenan telur
dilakukan pada sore hari. Tenaga kerja ditempat usaha tersebut sebanyak 2 orang
dengan gaji Rp.1.500.000/ orang/bulan.
Pemberian
pakan harus memperhatikan jumlah dan mutunya. Ayam
arab bersifat kanibal sehingga pemberian pakan pada ayam arab harus teratur
agar tidak saling terjadi kanibalisasi dan menyerang. Jenis pakan yang diberikan pada ayam arab
adalah jenis 324-1 dari
PT.
Charoen Pokphand Indonesia. Kebutuhan pakan yang diperlukan untuk semua ayam
arab adalah 150 kg/hari (3 sak).
Ayam
arab lebih tahan terhadap serangan penyakit dibanding dengan ayam ras dan ayam
buras lainya, namun bukan berarti kebal. Jenis penyakit yang sering menyerang
ayam arab antara lain: Newcastel desease (ND) atau tetelo. Untuk mencegah penyakit
yang sering menyerang ayam arab maka diberikan vaksin 3 bulan sekali dan
pembersihan atau sanitasi kandang seminggu sekali.
Telur
akan dipasarkan di seputaran Lambaro dan kota Banda, dengan harga per butir
telur adalah Rp.1500, dan harga di tingkat peternakan sendiri sekitar Rp.1200.
Sedangkan untuk ayam afkir akan dipasarkan di daerah yang sama yaitu dengan
harga Rp.30.000/ekor.
3.
Bebek Petelur
Budidaya
bebek memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Karena bebek petelur selain
menghasilkan telur juga bisa menghasilkan daging. Permintaan
akan pangan semakin tinggi khususnya kebutuhan akan protein hewani. Protein
hewani bisa diperoleh salah satunya melalui telur. Bebek
merupakan unggas air yang cenderung mengarah pada produksi telur, dengan
ciri-ciri umum : tubuh ramping, berdiri hampir tegak seperti botol dan lincah.
Pada usaha peternakan tersebut terdapat
1000 ekor bebek petelur dengan umur 8 bulan. Jenis kandang pada bebek petelur
ada yang postal dan panggung. Kandang postal
yaitu kandang yg tidak berpanggung dimana tanas langsung yang menjadi
alasnya, sedangkan kandang panggung yaitu kandang yang berbentuk panggung jadi
tidak menyentuh tanah. DOD untuk bebek petelur dalam usaha tersebut adalah 0-1
bulan.
Produksi bebek petelur sendiri lumayan
tinggi yaitu sekitar 700 butir per hari. Pemanenan telur dilakukan pada pagi
hari. Telur yang telah dipanen akan dijual di sekitar Aceh Besar dan Banda
Aceh.
Pakan
yang diberikan pada bebek petelur adalah pakan 234 HI profit. Bebek petelur
juga bisa terserang penyakit, penyakit yang sering menyerangnya adalah penyakit
lumpuh.
4.
Bebek Pedaging (Peking)
Usaha
ternak bebek
pedaging
adalah jenis usaha yang sangat prospektif untuk dijalankan. Proses ternak bebek
pedaging sangat mudah dan sederhana. Rasa daging bebek memiliki cita rasa unik
dank has. Harga bebek pedaging memiliki harga jual cukup mahal.
Permintaan bebek pedaging cukup tinggi namun harganya
relative stabil. Bebek pedaging memiliki daya tahan hidup
hidup cukup tinggi dan masa pertumbuhan yang relative singkat.
Sistem kandang yang digunakan untuk
bebek pedaging adalah tipe kandang postal, ternak – ternak yang dipelihara
ditempatkan dalam satu ruangan besar
dengan jumlah ternak tertentu, dimana pemberian makan dan minuman
ditempatkan di dalam ruangan kandang, sehingga bebek peking yang dipelihara
selalu berada di dalam ruangan.. Penyakit yang sering menyerang bebek peking
adalah berak kapur dan lumpuh
Bebek pedaging yang terdapat dalam usaha
peternakan milik pak Yunus sebanyak 2500 ekor. Umur bebek pedaging dipeking
pada umur 1,5 bulan dengan berat badan 1 kg 8 ons. Karena laju pertumbuhan
bebek peking sangat cepat, pada umur 45 hari sudah dapat dipanen berat badan rata-rata 2 kg 2 ons
dengan harga Rp.50.000/ ekor. Bebek peking dipasarkan di seputaran Aceh Besar
dan Banda Aceh.
5.
Sapi Potong
Sapi potong merupakan sapi penghasil
daging. Pada peternakan sapi di lambaro populasi sapi 13 ekor dengan jenis sapi
beragam yaitu:
a.
Sapi Banteng
Sapi banteng jantan
memiliki kulit berwarna biru-hitam atau atau coklat gelap, tanduk panjang
melengkung ke atas, dan punuk di bagian pundak. Memiliki bagian putih
pada kaki bagian bawah dan pantat, punuk putih, serta warna
putih disekitar mata dan moncongnya, walaupun terdapat sedikit dimorfisme
seksual pada ciri-ciri tersebut. Sekarang berat badan
sapi banteng di peternakan milik Pak Yunus adalah 480 kg.
b. Sapi
Brahman
Ciri
khas sapi Brahman adalah berpunuk besar dan berkulit longgar, gelambir dibawah
leher sampai perut lebar dengan banyak lipatan-lipatan. Telinga panjang
menggantung dan berujung runcing. Pembelian bibit pertama berumur 6 bulan
sekarang sudah berumur 3,5 tahun dengan berat 580 kg.
c.
Sapi Limoausin
Perkembangan pertumbuhan sapi Limoausin termasuk cepat, bisa sampai 1,1 kg/hari
saat masa pertumbuhannya. Berat sapi Limoausin dipeternakan tersebut 650 kg.
d.
Sapi Simmental
(metal)
Sapi
ini merupakan sapi tipe perah dan pedaging, sapi jantan dewasanya mampu
mencapai berat badan 1.150 kg sedang betina dewasanya 800 kg.
e.
Sapi Madura
Ciri-ciri sapi Madura yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki
pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut
dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas,
bertanduk khas dan jantannya bergumba.
f.
Sapi PO (Peranakan Ongole)
Karakteristik sapi PO adalah warna bulu putih abu-abu dengan warna hitam
di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang besar menggelantung, saat
mencapai umur dewasa yang jantan mempunyai berat badan kurang dari 600 kg dan
yang betina kurang dari 450 kg.
Saat ini sapi potong dipeternakan
tersebut berumur 3,5 tahun, dengan berat badan 580 kg. Semua sapi yang dipelihara berjenis
kelamin jantan. Pakan yang diberikan pada sapi potong
selain pakan alami ada konsentrat yang diberikan setiap hari dari jam 8 sampai
jam 3 sore sebanyak 50 kg per hari. Bahan –bahan yang digunakan dalam pembuatan
konsentrat adalah dedak, sagu, 1.5 bungkil kelapa, kacang kuning 0.5 kg, mulasis
2 liter. Konsentrat diberikan pada jam 9 pagi dan jam 5. Kebutuhan konsentrat
per hari adalah 500 kg. Sore sebanyak 10 liter pagi dan 20 liter sore.
Kandang yang
digunakan bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling
berhadapan atau saling bertolak belakang. Lantai kandang harus diusahakan tetap
bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari semen,
dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Diantara kedua jajaran tersebut
biasanya dibuat jalur untuk jalan. Perkandangan untuk
sapi potong dibuat per kamar, tiap kamar diisi oleh 3 sapi potong.
Penyakit
yang menyerang sapi potong adalah penyakit cacingan. Penyakit cacingan
dapat diatasi dengan pemberian obat
cacing dengan biaya yang dikeluarkan adalah Rp.8000/ekor/hari.
6.
Sapi Perah
Ada tiga hal
penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan budidaya sapi perah yang
saling terkait satu sama lain diantaranya pemeliharaan (budidaya), pakan dan
pembibitan. Pemeliharan dan pakan yang baik tentu akan meghasilkan produksi
yang baik dengan didukung pembibitan yang baik pula.
Jumlah
sapi perah semuanya pada peternakan Pak Yunus ada 17 ekor, sapi perah dewasa 10
ekor dan anak sapi 7 ekor. Bibit pertama yang dibeli berumur 3 tahun dengan harga 22
juta/ ekor. Pada masa laktasi (menyusui) pertama susu yang dihasilkan 4
liter, maksimum susu yang dihasilkan adalah 37 liter, susu dijual Rp. 20.000/ liter.
Sapi
perah dalam usaha tersebut diperah sebanyak dua kali sehari. Pemasaran susu
dijual secara langsung ditempat usaha peternakan tersebut.
Sapi
perah selain dikasih pakan alami juga diberikan konsentrat sebannyak 10
kg/ekor/hari, diberikan pada saat pagi jam 9 dan sore jam 5. Perbandingan pakan pada sapi perah
ialah 60 hijauan : 40 konsetrat. Hijauan yang diberikan seperti rumput gajah.
Bahan-bahan untuk dijadikan konsentrat sendiri antara lain seperti sagu, ampas
sawit, ekstrak bungkil sawit, dedak, tepung jagung, ekstrak bungkil sawit
dengan harga Rp 800/kg dan mulasis dengan harga Rp 6000/kg yang diperoleh dari
Medan.
Biaya
yang dikeluarkan oleh usaha tersebut untuk biaya pakan adalah sekitar Rp
1200-Rp1400 per kg. Alat untuk pembuatan konsentrat disebut meal, dan juga
digunakan mixer sebagai pengaduk pada proses pembuatan.
Penyakit
yang sering menyerang sapi perah di usaha peternakan tersebut antara lain
penyakit kembung, cacingan, demam, dan radang ambing (mastitis). Radang
ambing (mastitis) disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae dan
Staphilocossus aureus. Radang ambing
(mastitis) dapat dicegah dengan melakukan pembersihan kandang terutama pada
lantai dan dapat pula diatasi dengan suntik antibiotik seperti
pennicilin, Terramycin dll. Penyakit mastitis
terjadi apabila susu sapi perah tidak pernah di perah.
Sistem
kandang untuk sapi perah manggunakan sistem kandang koloni. Satu kamar kandang
diisi oleh seekor sapi perah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat diberikan setelah mengikuti fieldtrip budidaya peternakan di Aceh Besar
adalah:
a.
Komoditas
unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oeh
karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat.
b.
Agribisnis
sapi di Aceh khususnya mempunyai prospek yang sangat besar, karena
permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat, seirama dengan
pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional.
c.
Pada usaha peternakan pembudidayaan unggas dan ruminansia milik Pak Dr.Ir. M Yunus M.Sc terdapat 6 komoditi
ternak yang diusahakan,
yaitu: Ayam petelur unggulan, Ayam Arab jenis petelur, Bebek petelur, Bebek pedaging (peking),
Sapi potong dan sapi
perah.
d.
Usaha peternakan pembudidayaan unggas dan
ruminansia milik Pak Dr.Ir. M Yunus M.Sc di Aceh Besar sudah berjalan dengan cukup baik dengan manajerial usaha yang baik pula.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan setelah mengikuti fieldtrip
budidaya peternakan di Aceh Besar adalah:
a. Perlu adanya publikasi akan tempat usaha pembudidayaan unggas dan ruminansia ini ke masyarakat sehingga masyarakat mengetahui
bahwa di Aceh sendiri memiliki fasilitas tempat usaha pembudidayaan peternakan.
b. Hendaknya dapat meningkatkan teknologi dapat kegiatan teknis untuk skala lebih besar yang bertujuan untuk
peningkatan usaha pembudidayaan
peternakan pembudidayaan unggas dan
ruminansia lebih optimal
c. Usaha pembudidayaan unggas dan ruminansia di Aceh Besar juga dapat dijadikan salah satu objek wisata pendidikan, dimana para
pelajar atau mahasiswa dapat mendapatkan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Cara Memelihara Ayam Negeri. http://www.peternakan.com /Tip/Ayam/topik01,diakses pada 11 Juni 2013.
Anonim. 2008. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi. http://majuternakindonesia.blogspot.com/2008/05/agribisnis-sapi-di-indonesia-mempunyai.html, diakses pada 11 Juni 2013.
BLP. 2011.
Prospek dan Arah Pengembangan Unggas. http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b5unggas,
diakses pada 11 Juni 2013.
BLP. 2011.
Prospek dan Arah Pengembangan Sapi. http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b5sapi,
diakses pada 11 Juni 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your testimonial